Tema : Loyalitas Terhadap
BNI
Tujuh
tahun yang lalu, tepatnya di bulan Agustus 2009 secara resmi saya menjadi
mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Kampus ITB merupakan kampus idaman
saya sejak kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA). Ketika saya lakukan pendaftaran
ulang di ITB, saya harus mengantri panjang sekali untuk menuntaskan berbagai
tahapan administrasi. Satu dari sekian tahapan administrasi adalah mendapatkan Kartu
Tanda Mahasiwa (KTM) yang menjadi identitas resmi mahasiswa ITB. KTM ini jelas
sangat berarti bagi saya karena merupakan cerminan dari keluarga besar kampus
gajah. Kartu ini begitu menarik karena dapat digunakan untuk bertransaksi di mesin
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) disamping sebagai tanda pengenal. Ini adalah
cikal-bakal saya mengenal lebih dekat Bank Keempat Terbesar di Indonesia, Bank
Negara Indonesia (BNI).
Mulai
saat itu, saya melakukan segala apapun transaksi seperti menyimpan atau
mengambil uang di Bank ini. Di samping ATM, dari Bank ini ada fasilitas
tabungan biarpun jarang saya gunakan. Paling sering yang saya gunakan adalah
kartu ATM yang sekaligus KTM saya tersebut. Saya biasanya mengambil uang
sedikit demi sedikit dengan nominal biasanya 100 ribu. Di awal bulan saat ayah
saya belum lama transfer, biasanya saya sering memakai kartu ATM untuk untuk
sekedar mengambil uang. Saking seringnya saya bolak-balik mesin ATM, warna biru
di kartu saya memudar pertanda terlalu sering digunakan. Saya seringkali
mengambil uang di mesin ATM kampus seperti halnya di Aula Timur ITB.
![]() |
Mesin ATM di Aula Timur ITB |
Kemudahan
Akses
Pernah
suatu saat kartu KTM saya hilang, maka saya harus segera urus di kantor
rektorat ITB untuk diganti dengan yang baru. Sebelumnya, saya harus ke BNI
untuk dilakukan pemblokiran dan ke Polisi setempat untuk dibuatkan berita
kehilangan. Waktu pembuatan KTM baru cukup lama jika tidak salah sebulan lebih.
Saat itu, saya hanya dapat bertransaksi melalui buku tabungan. Bagi saya yang
sangat mobile, ini menjadikan saya
kesulitan untuk sekedar mengambil uang pecahan 100 atau 50 ribuan. Saya hanya bertransaksi
di Bank BNI, tidak ada Bank lain saat itu. Seingat saya, saya mengalami dua
kali kehilangan kartu.
Saya
kuliah S1 di jurusan Matematika selama lima tahun. Di saat itu pula, saya
bertransaksi dengan Bank BNI juga lima tahun. Pada bulan Oktober 2014, saya
diwisuda dari ITB dan disaat itulah kartu KTM yang berfungsi juga sebagai kartu
ATM BNI terhenti. Waktu itu terdapat peluang saya untuk berpindah ke Bank lain.
Namun, saya urungkan karena saya sangat nyaman bertransaksi dengan Bank ini.
Selama lima tahun saya menabung di Bank ini tak ada kesulitan dan kendala yang
berarti, saya lancar saja dalam mengambil, menyimpan, atau transfer uang
melalui BNI. Setelah kartu KTM saya dilubangi sebagai tanda deaktivasi, saya
beralih ke BNI Taplus. Posisi saya saat itu tak lagi mahasiswa melainkan
sebagai warga biasa.
![]() |
BNI Taplus milik saya |
Selama
saya bertransaksi di Bank BNI, sangat jarang terjadi kerusakan ATM. Akses ke
ATM pun sangat mudah di dapatkan di daerah yang relatif terpencil sekalipun.
Saya memiliki hobi mendaki gunung yang biasanya saya lakukan saat liburan akhir
pekan atau libur panjang. Saya sering kali tidak memakai uang cash saat saya menuju ke lokasi. Saya
jelas mengandalkan ATM BNI terdekat dengan lokasi pendakian. Mulai dari
pendakian Cikurai dan Semeru 2013 silam, Guntur, Sumbing, dan Sindoro 2014
silam, Pangrango 2015 silam, dan Papandayan di bulan Maret lalu, saya sangat
mudah mendapatkan ATM di lokasi terdekat objek-objek tersebut. Pernah suatu
ketika saat akan mendaki ke Semeru, sisa uang saya di ATM tinggal belasan ribu
jika tidak salah, sementara uang cash
yang saya bawa di dompet tidak seberapa. Saya pun meminjam uang teman (yang
tidak turut mendaki) sebesar 100 ribu dan janjinya akan ditransfer. Nah, sampai
Kediri saya ketar-ketir apakah teman
saya jadi kirim atau tidak. Saya cek di ATM ternyata belum. Walhasil, dengan
bekal dan uang terbatas saya mendaki Semeru. Mulai dari Ranupani sampai ke
tempat camping di Kalimati dan
kembali ke Ranupani lagi, saya hanya bawa uang beberapa ribu saja. Konsekuensi
dari hal ini, saya tidak bisa jajan layaknya teman pendaki lain. Saya harus
benar-benar berhemat. Saat turun gunung,
saya benar-benar gelisah karena uang di kantong saya habis. Alhamdulillah-nya
saat perjalanan pulang ke Lamongan (rumah saya) tepatnya di Malang Kota di
kawasan stasiun lama, saya cek ATM dan uang kiriman teman sudah masuk. Saya pun
lega. Lebih lega lagi setelah teman bilang, bahwa pinjaman saya tersebut
dihibahkan.
Sementara
itu di sekitar kampus saya, ATM BNI pun bertambah setelah dibukanya terowongan
Tunnel yang menghubungkan ITB dengan Sarana Olahraga (Saraga) ITB. Karena saya parkir
motor di kawasan Saraga dan sering menongkrong di Sunken Court (basecamp Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
ITB tak jauh dari Tunnel), saya jadinya sering ambil uang ataupun melakukan transfer
di ATM ini. Ini jelas sangat memudahkan, apalagi di saat sekarang mesin ATM
bisa dipakai untuk membayar tiket kereta api, pesawat, pulsa, dan sebagainya.
Tak hanya ATM, Kantor Cabang BNI yang ada di Aula Timur dan juga di Jalan Taman
Sari (Kantor Cabang Perguruan Tinggi Bandung (PTB)) juga begitu memudahkan. Di
awal semester, biasanya saya mengantri di Bank BNI Cabang PTB untuk membayar
biaya pendidikan. Sampai sekarang, kampus saya mempercayakan sistem keuangannya
di Bank ini.
![]() |
Kantor Cabang Perguruan Tinggi Bandung di Jalan Tamansari |
Tambah
Layanan
Bulan
Januari 2015, saya kembali menjalani dunia akademik setelah saya istirahat tiga
bulan pasca lulus S1 pada Oktober tahun sebelumnya. Ternyata KTM S2 tidak lagi dapat
dipakai sebagai kartu ATM. Biarpun demikian, transaksi sehari-hari saya tetap
masih memakai ATM BNI Taplus yang saya buat sebelum wisuda sarjana tersebut. Saat
itu saya memakai tambahan layanan transaksi dengan SMS report hasil transaksi. Ini sangat memudahkan saya untuk
mengecek berapa banyak saldo di kartu ATM saya, apalagi saat S2 saya aktif
bekerja biarpun freelance.
Diperkenalkan pula kepada saya oleh pihak Bank layanan e-banking BNI, dan ini memudahkan sekali saya untuk memonitoring
via internet, biarpun untuk aplikasi ini jarang saya gunakan.
![]() |
Pergerakan harga saham BNI dalam tiga bulan terakhir |
2 komentar:
Ajarin main saham dong Qul :D
tinggal praktik aja broh, kopdar lah ntar aku ceritain. Aku masi amatiran jadi harap dimaklum
Post a Comment