Di sebuah pondok pesantren di Madiun, Minhajul Abidin, terdapat Rahmat
dan Kemi. Keduanya adalah santri terbaik di pondok pesantrennya. Kyai Rois,
sesepuh pondok, sangat mengandalkan dua santri tersebut. Keduanya diproyeksikan
untuk menjadi staf pengajar pondok. Rahmat menerima perintah Kyai, namun
berbeda halnya dengan Kemi. Kemi lebih menerima ajakan kakak kelasnya Farsan
untuk berkuliah di Jakarta. Farsan juga merupakan alumni dari pondok tersebut.
Awalnya Kyai Rois berat untuk melepas Kemi dari ponpesnya, namun setelah beberapa
kali Kemi menghadap, akhirnya Kyai Rois mengizinkan.
Di Jakarta, Kemi dihadapkan pada
dunia yang benar-benar baru. Berbeda jauh dengan kehidupannya di pondok
pesantren. Atas usulan Farsan, Kemi berkuliah di sebuah perguruan tinggi lintas
agama di kawasan Depok, Jawa Barat. Kemi pun mulai meninggalkan ajaran agama
Islam yang telah didapatkannya dari ponpesnya. Bagi Kemi, islam di ponpes
adalah Islam yang kolot dan anti-kemajuan. Ia bergantii jubah menjadi islam
bebas, islam liberal. Baginya semua agama benar. Tuhan semua agama sama hanya
saja representasinya bermacam-macam. Bagi Islam, Allah SWT, bagi Nasrani Yesus
Kristus, dan seterusnya. Itu adalah sepenggal keyakinannya. Kemi juga telah
meninggalkan sholat lima waktu. Baginya beribadah yang penting adalah esensi, eling. Ajaran Nabi SAW ditafsirkan
sendiri oleh kelompoknya. Saat berkuliah, Kemi adalah pribadi yang aktif. Ia
mengorganisasi pelatihan ke ponpes-ponpes untuk menebarkan gagasan 'baru' keislamannya.
Melihat kondisi Kemi yang seperti
itu, Kyai Rois tidak tinggal diam. Rahmat diutus beliau untuk membawa Kemi
kembali ke pondok. Setelah bekal Rahmat pelajari faham liberalisme islam dirasa
cukup, Rahmat pun berangkat ke Jakarta. Di sana Rahmat tinggal di kosan Kemi,
dia amati gerak-gerik Kemi dan kelompoknya. Rahmat pun medaftar kuliah yang
sama dengan Kemi. Saat kuliah perdana di kampus ini, Ia sudah membuat sensasi
dengan berdebat dengan Prof. Malikan, rektor universitas tersebut. Ia keluarkan
semua alasan mengapa gagasan pluralisme agama Prof. Malikan salah. Pasca kelas,
Rahmat pun menjadi buah bibir semua mahasiswa di kampus tersebut. Siti yang
merupakan satu geng dengan Kemi suatu ketika membocorkan gerak-gerik Kemi dan
kelompoknya kepada Rahmat. Rahmat pun semakin tahu bagaimana menghadapi Kemi.
Suatu ketika diadakan diskusi dengan Kyai Dulpikir bertindak sebagai
pengisinya. Kyai Dulpikir adalah petinggi salah satu pondok pesantren di daerah
Jawa Barat. Saat sesi tanya jawab, Rahmat tidak habis-habisnya membantah
pendapat Kyai Dulpikir seputar faham liberalnya. Sampai akhirnya Kyai Dulpikir
mengakui bahwa Ia salah. Saat sesi tanya-jawab usai, ternyata Kyai Dulpikir,
dia terserang jantung mendadak dan meninggal. Akibat peristiwa inilah Rahmat
semakin dikenal. Tidak hanya oleh internal pondok pesantren, juga masyarakat
secara umum. Berita ini tersebar di berbagai media. Melihat kondisi ini, Kyai
Rois pun memerintahkan Rahmat untuk tinggal dengan Ahmad Petuah, redaktur
senior di harian Indonesia Jaya. Rahmat
pun selamat dari pembunuhan yang direncanakan oleh Roman, pimpinan geng Kemi.
Namun, tidak halnya dengan Siti dan Kemi. Siti diracun sedangkan Kemi dihajar
sampai tubuhnya remuk. Beruntung Siti selamat dan bisa tumbuh normal. Fisik
Rahmat selamat, namun tidak halnya dengan mentalnya. Mental rahmat terganggu,
Ia pun menghuni Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
Setelah pulih, Siti akhirnya
kembali ke pangkuang keluarganya setelah tiga tahun absen. Ia bertekat untuk
memajukan pondok pesantren ayahnya, Kyai Amin, yang kebetulan adalah pimpinan
pondok pesantren. Akhir cerita Siti, mengirim surat ke Rahmat dan menceritakan
jalan hidup kedepannya. Siti tahu bahwa Rahmat mencintainya, namun Siti ingin
menebus dosa-dosanya selama ini kepada orang tua dan agamanya. Ia pun lebih
memilih jalan dakwah dan tidak menikahi Rahmat.
Hikmah
Novel ini menceritakan bahwa
sasaran empuk faham liberalisme islam adalah para lulusan pondok pesantren.
Selain dikenal lugu, pemahaman agama islam klasik bagi lulusan pondok pesantren
sangat luas. Karena inilah para penyebar faham liberalisme sangat
memprioritaskan sasarannya kepada lulusan ponpes ini. Kelompok islam
liberalisme ini menawarkan islam modern dengan tafsiran yang rasional dimana
tidak diajarkan di ponpes. Juga menawarkan berbagai program yang dapat
meningkatkan pendapatan, popularitas dan skill individu. Sangat menggiurkan.
Novel ini mengajarkan kepada kita akan bahaya liberalime islam yang dapat
jadikan kita tidak percaya lagi dengan ajaran Nabi SAW. Kita harus waspada dan
terus menambah khazanah keislaman kita sesuai dengan tuntunan al-qur'an dan
as-sunnah.
Biografi Buku :
Judul Buku : Kemi ; Cinta Kebebasan Yang Tersesat
Pengarang : Adian Husaini
Penerbit : Gema Insani Jakarta
Tahun Terbit : 2010
Tebal buku : 316
3 komentar:
hallo, i've read your posts. very inspiring :) especially when it's about book reviews
hallo, i've read your posts, especially when it's discussing book reviews. very inspiring :)
Seri KEMI ada 2 katanya, aku belum baca yang kedua. Hehe
Post a Comment