Monday, September 02, 2013

KEMI; Cinta Kebebasan yang Tersesat

Cover Buku KEMI (doc. google.com)
Sinopsis

Di sebuah pondok pesantren  di Madiun, Minhajul Abidin, terdapat Rahmat dan Kemi. Keduanya adalah santri terbaik di pondok pesantrennya. Kyai Rois, sesepuh pondok, sangat mengandalkan dua santri tersebut. Keduanya diproyeksikan untuk menjadi staf pengajar pondok. Rahmat menerima perintah Kyai, namun berbeda halnya dengan Kemi. Kemi lebih menerima ajakan kakak kelasnya Farsan untuk berkuliah di Jakarta. Farsan juga merupakan alumni dari pondok tersebut. Awalnya Kyai Rois berat untuk melepas Kemi dari ponpesnya, namun setelah beberapa kali Kemi menghadap, akhirnya Kyai Rois mengizinkan.

Di Jakarta, Kemi dihadapkan pada dunia yang benar-benar baru. Berbeda jauh dengan kehidupannya di pondok pesantren. Atas usulan Farsan, Kemi berkuliah di sebuah perguruan tinggi lintas agama di kawasan Depok, Jawa Barat. Kemi pun mulai meninggalkan ajaran agama Islam yang telah didapatkannya dari ponpesnya. Bagi Kemi, islam di ponpes adalah Islam yang kolot dan anti-kemajuan. Ia bergantii jubah menjadi islam bebas, islam liberal. Baginya semua agama benar. Tuhan semua agama sama hanya saja representasinya bermacam-macam. Bagi Islam, Allah SWT, bagi Nasrani Yesus Kristus, dan seterusnya. Itu adalah sepenggal keyakinannya. Kemi juga telah meninggalkan sholat lima waktu. Baginya beribadah yang penting adalah esensi, eling. Ajaran Nabi SAW ditafsirkan sendiri oleh kelompoknya. Saat berkuliah, Kemi adalah pribadi yang aktif. Ia mengorganisasi pelatihan ke ponpes-ponpes untuk menebarkan gagasan 'baru' keislamannya.

Melihat kondisi Kemi yang seperti itu, Kyai Rois tidak tinggal diam. Rahmat diutus beliau untuk membawa Kemi kembali ke pondok. Setelah bekal Rahmat pelajari faham liberalisme islam dirasa cukup, Rahmat pun berangkat ke Jakarta. Di sana Rahmat tinggal di kosan Kemi, dia amati gerak-gerik Kemi dan kelompoknya. Rahmat pun medaftar kuliah yang sama dengan Kemi. Saat kuliah perdana di kampus ini, Ia sudah membuat sensasi dengan berdebat dengan Prof. Malikan, rektor universitas tersebut. Ia keluarkan semua alasan mengapa gagasan pluralisme agama Prof. Malikan salah. Pasca kelas, Rahmat pun menjadi buah bibir semua mahasiswa di kampus tersebut. Siti yang merupakan satu geng dengan Kemi suatu ketika membocorkan gerak-gerik Kemi dan kelompoknya kepada Rahmat. Rahmat pun semakin tahu bagaimana menghadapi Kemi. Suatu ketika diadakan diskusi dengan Kyai Dulpikir bertindak sebagai pengisinya. Kyai Dulpikir adalah petinggi salah satu pondok pesantren di daerah Jawa Barat. Saat sesi tanya jawab, Rahmat tidak habis-habisnya membantah pendapat Kyai Dulpikir seputar faham liberalnya. Sampai akhirnya Kyai Dulpikir mengakui bahwa Ia salah. Saat sesi tanya-jawab usai, ternyata Kyai Dulpikir, dia terserang jantung mendadak dan meninggal. Akibat peristiwa inilah Rahmat semakin dikenal. Tidak hanya oleh internal pondok pesantren, juga masyarakat secara umum. Berita ini tersebar di berbagai media. Melihat kondisi ini, Kyai Rois pun memerintahkan Rahmat untuk tinggal dengan Ahmad Petuah, redaktur senior di harian Indonesia Jaya. Rahmat pun selamat dari pembunuhan yang direncanakan oleh Roman, pimpinan geng Kemi. Namun, tidak halnya dengan Siti dan Kemi. Siti diracun sedangkan Kemi dihajar sampai tubuhnya remuk. Beruntung Siti selamat dan bisa tumbuh normal. Fisik Rahmat selamat, namun tidak halnya dengan mentalnya. Mental rahmat terganggu, Ia pun menghuni Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

Setelah pulih, Siti akhirnya kembali ke pangkuang keluarganya setelah tiga tahun absen. Ia bertekat untuk memajukan pondok pesantren ayahnya, Kyai Amin, yang kebetulan adalah pimpinan pondok pesantren. Akhir cerita Siti, mengirim surat ke Rahmat dan menceritakan jalan hidup kedepannya. Siti tahu bahwa Rahmat mencintainya, namun Siti ingin menebus dosa-dosanya selama ini kepada orang tua dan agamanya. Ia pun lebih memilih jalan dakwah dan tidak menikahi Rahmat.

Hikmah

Novel ini menceritakan bahwa sasaran empuk faham liberalisme islam adalah para lulusan pondok pesantren. Selain dikenal lugu, pemahaman agama islam klasik bagi lulusan pondok pesantren sangat luas. Karena inilah para penyebar faham liberalisme sangat memprioritaskan sasarannya kepada lulusan ponpes ini. Kelompok islam liberalisme ini menawarkan islam modern dengan tafsiran yang rasional dimana tidak diajarkan di ponpes. Juga menawarkan berbagai program yang dapat meningkatkan pendapatan, popularitas dan skill individu. Sangat menggiurkan. Novel ini mengajarkan kepada kita akan bahaya liberalime islam yang dapat jadikan kita tidak percaya lagi dengan ajaran Nabi SAW. Kita harus waspada dan terus menambah khazanah keislaman kita sesuai dengan tuntunan al-qur'an dan as-sunnah.

Biografi Buku :
Judul Buku          : Kemi ; Cinta Kebebasan Yang Tersesat
Pengarang          : Adian Husaini
Penerbit              : Gema Insani Jakarta
Tahun Terbit      : 2010
Tebal buku          : 316

3 komentar:

sweeterthanwinter said...

hallo, i've read your posts. very inspiring :) especially when it's about book reviews

sweeterthanwinter said...

hallo, i've read your posts, especially when it's discussing book reviews. very inspiring :)

Uruqul Nadhif Dzakiy said...

Seri KEMI ada 2 katanya, aku belum baca yang kedua. Hehe