Showing posts with label Dream. Show all posts
Showing posts with label Dream. Show all posts

Friday, November 23, 2018

Road Map Penelitian


Saat ini saya kerjakan topik penelitian yang sesuai bidang saya, inovasi dan entrepreneurship. Saya mengerjakan riset bersama salah seorang dosen di Management of Technology Labolatory (MoT Lab) SBM ITB. Output riset ini adalah jurnal yang siap untuk dipublikasi. Bagi saya ini adalah pengalaman pertama saya menulis paper dengan intensitas diskusi yang padat. Karena pengalaman pertama pastinya berat, apalagi langsung dengan bahasa Inggris. Niatnya saat ini saya melengkapi drafting paper terkait ini, namun kurang begitu semangat. Saya teringat untuk menuliskan road map penelitian untuk setidaknya membuat saya semangat dan terarah. Saya mengambil topik penelitian terkait ini selain suka juga punya orientasi. Saya akan ceritakan.

Model Inovasi khas Indonesia

Sudah lebih dari 9 tahun saya hidup di ITB dengan interaksi dengan berbagai orang dari latar belakang yang berbeda, mulai dari mahasiswa, dosen, sampai tendik. Dari sana saya kemudian berfikir, ITB yang sudah hampir berusia 100 tahun (jika dihitung sejak TH Bandung) mengapa tidak memiliki kontribusi signifikan dalam proses pengembangan iptek di Indonesia ?. Ini pastinya ada sesuatu yang salah, entah di bagian mananya saya belum bisa memastikan. Padahal jika diperhatikan lebih dalam, ITB telah hasilkan aneka macam teknologi melalui civitas, lab, dan pusat-pusat yang jumlahnya amat banyak.

Saya mencoba menjawab kegelisahan saya tersebut dengan mengambil topik riset terkait inovasi dan entrepreneurship. Saya ingin memberikan pandangan yang berbeda terkait bagaimana kita bisa kembangkan iptek. Saya tidak percaya dengan kita adopsi cara-cara negara Barat secara mentah-mentah lantas iptek kita bisa maju. Kita butuh formulasi khas kita sendiri. Pendekatan yang saya pilih pun dari para pelaku yang berupa studi kasus. Jadi saya melakukan abstraksi dari berbagai contoh kasus, tidak sekedar comot teori.

Dalam skup yang lebih kecil, katakan ITB.  Hasil penelitian saya nantinya berkontribusi pada model inovasi ITB yang tentunya menguntungkan keluarga besar ITB, baik dosen maupun tendik. Memang hasil riset belum tentu memiliki korelasi positif pada tataran aplikatif pada dunia riil. Namun bagi saya itu adalah langkah lanjutan setelah kita menemukan hasil riset. Tulisan di jurnal reputatif, buku, dan artikel ilmiah adalah sarana untuk mengungkapkan gagasan ilmiah kita, namun itu tidak cukup. Kita perlu perjuangan politik meskipun kita tidak tergabung dalam partai politik.

Upgrade Kualitas

Saya baru menulis satu buku, namun belum untuk jurnal reputatif. Tulisan di media cetak ternama terkait topik penelitian juga belum. Saya saat ini masih di level ini, untuk upgrade kualitas. Saya masih harus mengasah diri untuk dapat melakukan riset dengan baik seperti standar lulusan PhD dari kampus ternama dunia. Saya juga masih harus terus spending waktu untuk mendalami bidang riset saya ini, sehingga saya bisa secara paripurna terkait inovasi dan entrepreneurship. Mungkin saya butuh waktu sekitar 10 tahun lagi untuk mendapatkan keahlian seperti itu. Jika saat ini saya berusia 27 tahun, maka di usia 37 tahun lah saya mungkin baru bisa dipanggil sebagai ahli atau expert. Semoga Allah SWT, Tuhan yang Mahaesa, memberikan saya kesehatan dan semangat untuk mewujudkan itu semua. Amiin

Saturday, March 04, 2017

Melihat ke Dalam

Sebenarnya di menit ini saya harus menyelesaikan buku tesis yang tinggal edit sedikit sekali ; di bagian pendahuluan dan kesimpulan. Juga di bagian abstrak. Serta jurnal ilmiah untuk diserahkan ke jurusan sebagai syarat untuk dapatkan uang bantuan tesis. Tapi entah mau ngerjain fokus susahnya minta ampun. Dari pada waktuku habis untuk browsing gak jelas, mendingan aku nulis di blog ini. Nggak ada beban dengan tulisan yang mengalir, tanpa ada aturan seperti halnya menulis buku tesis, jurnal, dan opini. Aku mau nulis apa yang sedang aku pikirkan di blog ini biar sebagai reminder bagi aku di kemudian hari.

Aku berkali-kali nonton video youtube Elon Musk dan beberapa kali tentang Bill Gates dan Steve Jobs. Aku melihat orang-orang seperti mereka itu hidup karena ide besar yang ingin diwujudkan melalui pendirian perusahaan di bidang teknologi. Yang paling terbaru yang aku tahu dari Elon Musk idenya adalah buat wisata ke Mars melalui perusahaannya, SpaceX. Sementara Bill Gates pengen buat energi nuklir ramah lingkungan (generasi baru) dengan perusahaanya Terra Energy. Ini artinya mereka dah mikirin dunia ke depan akan kayak gimana. 

Aku bukannya nganggap teknologi Barat itu suatu yang "wow" trus kita yang hidup di negara berkembang harus ngikuti kayak mereka. Santai, aku tidak se-ndeso orang-orang yang mudah "gumun" dengan apa-apa yang berasal dari Barat. Aku sedikit banyak telah belajar tentang filosofi teknologi dan juga inovasi industri. Dari video-video yang aku tonton itu, aku terbawa sedikit dengan pemikiran mereka. Beberapa waktu yang lalu ada seorang mahasiswa tingkat 4 fisika ngobrol ama aku, dan Ia cerita kalo pengen dalami namanya "quantum computing". "Ahai" aku pun pernah denger istilah itu bahkan dari pegiatnya langsung di ITB. Obrolan pun berlangsung cukup lama, namun aku agak menyayangi, pengetahuan dia terkait itu masih minim. Aku kemudian membawa dia ke diskusi yang lebih praktikal "era data" di konteks Indonesia. Aku stimulus dia untuk bicara ide buat bisnis terkait IT dengan segmen pasar Indonesia dan dalam platform "data". Aku punya pandangan demikian, karena suatu saat dunia akan "connected" di mana kita akan bisa berselancar di dunia maya di daerah terpencil sekalipun.

Tapi aku ngelihat mahasiswa ini kurang tertarik dengan bisnis. Habis lulus kayaknya pengen kerja dulu dan bla bla seperti halnya mahasiswa pada umumnya. Aku kira ini terjadi karena atmosfer berkembangnya ide-ide liar di Indonesia belum ada. Aku juga ngalami sebenarnya. Selama aku berinteraksi dengan banyak orang (umumnya senior) yang cerita tentang aktivitasnya aku kebayang banyak sekali peluang yang bisa digarap di Indonesia. Buanyaak. Tapi satu hal yang jadiin aku gak gerak-gerak ya kelabilanku sendiri dengan didukung dengan tidak ada teman untuk bertukar dan bekerjasama untuk wujudkan ide. Aku terkadang males jika anak-anak muda seusiaku bicacaranya uang melulu, hidup enak, ide nol. Aku bukan anti uang, aku pengen kaya raya bahkan kayak Tony Stark Iron Man. Tapi jauh lebih penting, aku pengen hidup ini didorong karena ide besar. Ide yang kuperjuangkan dan tentunya berdampak positif untuk diri dan lingkungan sekitar.

Ideku yang pernah aku ceritakan ke beberapa teman adalah menciptakan "knowledge-hub" semacam Selasar Sunaryo tapi lebih luas lagi, tidak terbatas pada seni dan budaya. Di tempat itu, akan ada koperasi buku bagi semua pedagang buku kelas UKM, tempat startup teknologi mangkal, tempat berkumpulnya para budayawan, seninam, dan filsuf, juga para akademisi dari berbagai kampus. Tempat itu juga terhubung dengan kampus-kampus di wilayah daerah itu. Setiap akhir pekan ada kegiatan rutin juga bulanan dan tahunan. Tempat itu juga ciptakan riset dengan publikasi kontinyu dan juga mengadakan kelas-kelas yang akan diisi orang-orang komunitas. Aku pengen tempat ini dimiliki oleh setiap orang yang senang dengan ilmu pengetahuan. 

Apa alasan dirikan tempat itu ? Jawabanku "karena aku senang belajar". Aku senang berinteraksi dengan siapapun yang belajar. Aku paling gak seneng dengan orang yang pikirannya dogmatis, mudah anti dengan siapapun, dan mudah sekali "mengkafir-kafirkan" orang. Maka aku senang dengan seni apapun, film jenis apapun, musik genre apapun, sains, teknik, filsafat, novel genre apapun, buku sejarah, dan sebagainya. Intinya aku senang segala hal yang punya kaitan dengan pengetahuan. Aku sadar bahwa aku tidak bisa menguasai semua itu. Itu yang mendorongku untuk meng-connect para pegiat pengetahuan. Satu hal yang mungkin ditanya, "gimana tempat itu dapat beroperasi ?". Aku pengen yang turut serta mendirikan tempat ini bukan hanya aku tapi juga para businessman dan scholars yang lain. Di samping itu, pendanaan tempat ini tidak dibebankan pada tempat ini yang harus cari uang ke sana kemari namun dari unsur bisnis lain. Makanya, penciptaaan lapangan bisnis di tempat lain menjadi penting seperti pada pertanian, perikanan, dan peternakan. Juga industri berbasis IT di lapangan yang lain.

Aku tidak tahu ideku akan teralisasi ato tidak, aku optimis, somedays it will be real biarpun wujudnya tidak sesaklek yang aku pikirkan sekarang. Maka untuk kesana perlu ditumpuk batu bata-batu bata sehinga akan benar-benar jadi bangunan. O iya, satu hal yang aku pikirkan juga "Aku pengen mendirkan universitas" yang fokus pada penciptaan SDM yang suka pengetahuan : didalamnya difokuskan pada pertanian, perikanan, peternakan, dan IT di mana lulusannya akan ciptakan industri skala besar. Saya percaya Indonesia ke depan akan jadi satu kekuatan baru dunia, Jika aku keburu meninggal duluan sebelum ide ini terealisasi, saya harap Anda yang membaca ini dapat melanjutkan. Mari kita hidup dengan tidak menjadi orang biasa-biasanya saja. 
Posted on Saturday, March 04, 2017 | Categories: , ,

Wednesday, August 17, 2016

[OPINI] Merdeka dan Berdaulat di Ranah Iptek ?

Hari ini tepat 71 tahun yang lalu Indonesia resmi sebagai negara yang merdeka. Ini artinya sejak 17 Agustus 1945, negara ini memiliki hak penuh untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan kepentingannya. Mulai sejak itu, para pejuang kemerdekaan yang masih hidup bisa bernafas lega karena pemikiran mereka dapat diaktualisasikan dalam tindakan nyata. Bung Karno tak lama setelah proklamasi kemerdekaan, didaulat sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Banyak kebijakan pembangunan yang dicetuskan Bung Karno, salah satunya adalah melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Berdirinya Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1949, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1959, dan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 1963 adalah bukti keseriusan Bung Karno kembangkan Iptek.

Di tahap awal membangun ini, pengembangan Iptek berjalan kurang begitu mulus karena ketidakstabilan politik Indonesia saat itu. Biarpun demikian, pada masa Bung Karno kita dapati banyak sekali ilmuwan dan teknolog yang memiliki dedikasi tinggi untuk pengembangan Iptek. Sebut saja contohnya Semaun Samandikun yang gigih kembangkan semikonduktor pasca studi dari Stanford University. Kiprah dan semangat Semaun kini dilanjutkan oleh murid-muridnya di ITB Bandung. Panggung politik yang membesarkan nama Bung Karno juga ternyata melengserkannya di kemudian hari. Bung Karno digantikan oleh Jenderal Soeharto dan di masa itu dikenal new order (orde Baru).

Pada masa kepemimpinan Jenderal Soeharto, orientasi kebijakan nasional di arahkan ke pembangunan ekonomi. Di masa ini, iptek seolah tidak bergairah. Jika ada intelektual yang dikenal public umumnya mereka berlatar belakang ilmu ekonomi dan humaniora yang terjun menjadi birokrat. Sebagai contoh Sumitro Djojohadikusumo. Beliau dikenal luas sebagai Begawan ekonomi Indonesia di masa Orde Baru. Berbagai posisi penting di Kabinet pernah direngkuhnya seperti Menteri Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan bahkan Menteri Negara Riset. Baru pada Pembangunan Lima Tahun (Pelita) VI (1994-1999), Iptek mulai diseriusi oleh Presiden Soeharto dimana diharapkan Indonesia masuk tahap lepas landas. Iptek digarap secara serius dengan menempatkan BJ. Habibie sebagai orang kepercayaan. Pada masa ini, berbagai industri strategis telah berdiri seperti IPTN, PT Inti, PT Pindad, PT PAL, dan masih banyak yang lainnya. Momen sebagai penanda keseriusan Orde Baru kembangkan teknologi pada masa ini adalah terbangnya pesawat buatan anak negeri, N250 Gatot Kaca, pada 10 Agustus 1995. Tanggal itu akhirnya ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas).

Orde baru runtuh pada 1998 dan di saat itu pula Iptek juga turut mundur. Beberapa industri strategis seperti IPTN (PT Dirgantara Indonesia) harus gulung tikar. Indonesia memasuki babak baru pembangunan. Terpilihnya BJ Habibie di masa reformasi tidak mampu mengangkat Iptek sebagai spirit kemajuan bangsa. Karena Indonesia ditempa krisis yang mahahebat, beliau memilih untuk memulihkannya. Stabilitas politik dan ekonomi menjadi kefokusan di periode sekitar dua tahun menjabat. Setelah itu berturut-turut kepala negara dijabat oleh Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan kini Joko Widodo. Di masa itu, Iptek tetap tidak disentuh secara serius. Pembangunan hanya difokuskan pada tataran ekonomi, sama dengan Orde Baru di masa-masa awal. Pada masa sekarang memang kita dapati banyak sekali anak negeri yang ahli di bidang tertentu. Reputasinya bahkan diakui secara internasional, namun ternyata di Indonesia mereka tidak terpakai. Sementara itu, kampus-kampus milik Pemerintah seolah kehilangan orientasi. Petinggi Lembaga Pendidikan ini umumnya hanya disibukkan dengan sesuatu yang sifatnya administratif saja. Jika ada civitas akademika yang memiliki dedikasi tinggi akan ilmu pengetahuan, tak ada panggung dan pentas tambahan melainkan hanya ucapan “Terima Kasih” yang didapat.
 
Pesawat N250 simbol kebangkitan Iptek nasional (dok. finance.detik.com)
Dunia bergerak sangat dinamis, termasuk pula perkembangan Iptek. Namun, itu tidak disikapi serius oleh Pemerintah dengan penyiapan sumber daya manusia yang berkeahlian spesifik. Di saat sekarang memang digelontorkan kemudahan akses pendidikan dengan aneka beasiswa bahkan sampai S3, namun itu belum mampu mendongkrak pemanfaatan Iptek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak sekali anak bangsa yang merantau ke Luar Negeri belajar aneka ilmu pengetahuan, namun setelah pulang ke Indonesia tak ada tempat yang mampu menampung mereka. Jikapun ada, mereka harus berkorban karena justru di sini yang diurusi umumnya masalah administratif yang justru kontraproduktif. Ini adalah pertanda bahwa Iptek sampai saat ini dipersepsikan tidak sebagai pilar utama dari pembangunan. Akhirnya, semoga dengan turutnya kita memperingati kemerdekaan Republik ke-71 pada hari ini, kita bisa merenungkan itu semua.  

Thursday, December 31, 2015

Kedai AKS

Saat ngopi di warung seberang jalan depan rumah, saya kebayang sebuah ide untuk membuat suatu tempat dimana di dalamnya dipajang aneka peninggalan AKS. AKS kepanjangan dari "Ayo Ke S _ _ _" yang merupakan suatu kelompok pecinta jalan-jalan. Kelompok ini pertama kali dibentuk di Desember 2013 yang ditandai dengan pendakian ke Gunung Semeru. Saya termasuk anggota dari kelompok ini bersama teman-teman lain yang mayoritas dari ITB. Adapun ketuanya adalah Guntur Gunawan alias Ugun yang sekarang sedang studi di Kanazawa Jepang.

Kelompok ini cukup aktif jalan-jalan baik di dalam maupun luar negeri. Adapun objeknya random mencakup gunung, laut, situ, kota, dan sebagainya, asalkan memenuhi unsur 'penyegaran fikiran'. Dalam setahun pertama, frekuensi jalan-jalan hampir setiap dua minggu sekali dan mayoritas adalah mendaki gunung. Saya seringkali skip karena masih berjibaku dengan Tugas Akhir. Di tahun kedua, instensitas jalan-jalan menurun pasca ditinggal Ugun ke Jepang. Kala itu koordinator lapangan  random bergantung pada objek mana yang dituju. Di tahun pertama rombongan dapat dikatagorikan rombongan besar, namun di tahun kedua menjadi rombongan kecil. Seingat saya di tahun kedua, saya baru ikut sekali jalan-jalan bersama Abul dan rombongan PT DI di Gunung Pangrango. Sisanya saya banyak tidak ikut.

Kedai AKS

Selain untuk menyegarkan fikiran atas berbagai pekerjaan harian, jalan-jalan AKS perlu didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi ini harus disatukan dalam satu lokasi yang didalamnya para anggota bisa bernostalgia. Saya kebayang suatu kedai. Kedai ini selain menjadi tempat ngopi, juga menjadi lokasi dokumentasi hasil perjalanan anak-anak AKS. Disana ada foto, gambar digital dari layar monitor, video perjalanan di sebuah TV LED, tulisan anak-anak AKS dalam sebuah buku, berbagai aneka cindera mata, sertifikat, kostum, dan sebagainya. Saya ingin menamai kedai ini "Kedai AKS".

Kedai ini berfungsi dalam dua hal ; kafe dan basecamp AKS. Kafe jelas sifatnya komersial dimana sahamnya dipegang oleh anak-anak AKS. Karena kafe maka tempat ini dibuka untuk umum. Keistimewaan kedai ini adalah corak, khususnya nuansa traveling. Saat orang menjajakan kaki ke kedai ini, Ia akan dibawa menelusuri suasana gunung, pantai, dan alam luas lainnya. Sehingga saat ngopi, Ia seperti berada di sebuah tenda bersama teman-teman yang saling bercengkerama. Selain itu, di kedai ini disajikan aneka buku tentang traveling seperi NatGeo, dan sebagainya. Adapun tiap sebulan sekali di kedai ini diadakan ajang sharing anggota AKS ke publik. Di sini para AKSers akan berbagi pengalaman perjalanan dengan para trevelers pemula.

Fungsi kedua kedai ini adalah sebagai basecamp anak-anak AKS. Saat ini, jika direncanakan jalan-jalan ke objek tertentu masalah yang sulit namun kerap terjadi adalah sulitnya koordinasi. Dengan hadirnya basecamp diharapkan masalah miskomunikasi dan miskoordinasi tidak terjadi. Saya yakin suatu saat anak-anak AKS akan sangat sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Mungkin ada yang menjadi direktur suatu perusahaan, dosen, pengusaha, teknokrat, dan sebagainya yang jelas akan menyita waktu. Sesibuk apapun pekerjaan, sebagai manusia normal pasti butuh refreshing. Nah, di kedai ini harapannya menjadi lokasi eksis kelompok yang bernama AKS. Eksistensi ini dibutuhkan mengingat usia AKS bisa dibilang lumayan tua, 2 tahun. Jarang-jarang ada kelompok jalan-jalan bertahan selama ini. Saya yakin anak-anak AKS (biarpun sekarang ada yang belum lagi ikut jalan-jalan pasca 2014) menginginkan kelompok AKS bertahan sampai beberapa puluh tahun lagi.

Hubungan Sosial

Biasanya jika suatu kelompok yang eksis sekian puluh tahun, para anggota kelompok akan berfikir lebih luas lagi. Mereka tak hanya melulu berfikir bagaimana bisa jalan-jalan ke lokasi-lokasi eksotik dalam atau luar negeri, melainkan akan berfikir bagaimana mereka melalui kesenangan ber-traveling mampu memberikan manfaat untuk orang lain. Saya yakin melalui kedai ini, niatan mulia tersebut dapat diakomodasi. Selain melalui kegiatan sharing dengan para travelers pemula, keuntungan kedai ini bisa diberikan sebagiannya ke orang-orang yang membutuhkan seperti anak jalanan. Melalui cara inilah saya rasa hidup akan lebih bermakna.

Secara keinginan, saya berharap turut serta mewujudkan kedai ini. Saya tidak tahu kapan. Namun setidaknya ide untuk mendokumentasikan perjalanan itu ada. Saya yakin hanya melalui dokumentasilah kita dapat memberikan sumber belajar bagi orang lain dan itu salah satu wujud kebermanfaatan kita buat mereka.

Wednesday, December 23, 2015

Para Intelektual Kampus Ganesha

Saya senang mendapat ilmu baru, dari siapapun, tak peduli dari profesor maupun pedagangan asongan. Bagi saya setiap orang tercipta sama sebagai individu yang merdeka dan setara. Saya tidak menjuluki diri saya intelektual, saya sekedar seorang fakir ilmu yang sadar akan kefakiran saya. Satu hal yang menjadikan saya betah untuk belajar hal baru adalah kawan-kawan saya di kampus khususnya yang sering kali nongkrong di ruang tengah Sunken Court, ITB. Saya menamai mereka kaum intelektual.

Kaum intelektual menurut saya adalah orang-orang yang cinta akan ilmu atau senang akan belajar. Mereka tak terkotak dalam boundary keilmuan jurusannya, namun mereka mencoba belajar lebih luas. Bahkan seringkali belajar bukan disiplin ilmunya. Mereka juga peka terhadap fenomena yang ada di masyarakat dan memiliki andil berupa gerakan yang konsisten. Selain itu tak lupa mereka selalu mengorientasikan kiprah mereka dalam sebuah tulisan yang beranjut. Artinya tidak melulu lisan, mereka kontinyu berbuat untuk berkarya sehingga melalui karya inilah mereka menyebarluaskan gagasan ke khalayak.

Sunken sebagai Inkubator

Saya kira dua tahun ini adalah kejayaan intelektualisme di kampus ganesha. Betapa tidak, kegiatan intelektual seperti malam budaya ganesha, diskusi, dan panggung bebas sastra berjalan kontinyu dan mendapat sambutan hangat dari massa kampus. Tak hanya itu, karya-karya tulisan akademik dan sastra bertebaran di dunia maya bahkan ada yang membukukan sebagai booklet. Saya akan sebut beberapa orang dibalik ini ; Pertama, Adit dari Majalah Ganesha yang kontinyu menulis terkait filsafat dan matematika, Kedua, Kartini dari Lingkar Sastra dengan konsisten menulis puisi-puisi dan membangkitkan unit Lingkar Sastra untuk show up di publik, Ketiga, Choirul dari Tiben yang hampir setiap hari menulis di portal miliknya wartamerta.com. Masi banyak yang lain seperti Haris dari Tiben, Husein dari Ganeca Pos, Okie dari Majalah Ganesha, Asra dari Lingkar Sastra, Kukuh dari Lingkar Sastra, dan lain-lain. Tak lupa, Senartogok alias Tarjo yang biarpun bukan orang ITB tapi dia konsisten membuat kolase, menulis majalah Zine dan juga men-support anak Sunken untuk berkarya dan berkarya. Sulit kiranya memisahkan Tarjo dengan anak Sunken.

Mereka seringkali bertemu di Sunken terutama di ruang tengah alias sekre Tiben. Di sana selain berdiskusi mereka juga ngobrol ngalor ngidul, membaca puisi, menulis, bermusik, dan sebagainya. Terlihat gairah anak muda yang selalu haus akan ilmu dan karya. Saya seringkali menimbrung bersama mereka untuk sekedar turut diskusi, mengkopi film, atau berselancar di dunia maya. Bagi saya mereka konsisten berkarya biarpun ada dari mereka yang berpuasa sementara dari dunia akademik kampus. Konsistensi mereka inilah yang menjadikan saya saat bersinggah disini menjadi semangat untuk menulis. Tak keliru saya menamai Sunken sebagai inkubator berkumpulnya kaum intelektual kampus.

Pemikir Masa Depan

Saya kira lingkungan intelektual yang sedemikian masif dengan aneka kegiatan mencapai kejayaan di dua terakhir ini. Saya tidak tahu ke depan penerus mereka masih ada atau tidak. Saya membayangkan para intelektual Sunken ini di depan akan menjadi para pemikir dengan umatnya masing-masing. Adit akan jadi matematikawan-filsuf, Choirul akan jadi filsuf besar begitu pula Haris, Kartini dan Asra akan jadi sastrawan besar, Okie dan Husein akan jadi pemikir sosial politik, dan sebagainya. Saya mengharapkan sekali dari mereka dunia intelektual Indonesia menjadi semakin riuh dengan karya-karya yang mengimbangi kegaduhan dunia politik.

Masa depan ditentukan dari bagaimana masa mudanya. Mereka saat muda sudah memulai tinggal kita lihat kadar konsistensinya. Memang kegiatan mereka jauh dari material namun saya kira mereka hidup dengan idealisme yang menyala. Mereka bisa bedakan antara mencari duit dan berkarya. Akhirnya, ketika saya kembali membaca tulisan ini di beberapa puluh tahun ke depan saya akan senyum-senyum dan berbangga karena orang-orang yang saya tulis disini menjadi seorang intelektual betul.

Sunday, October 25, 2015

Perpustakaan Keluarga di Desa

Saya hari ini membayangkan suatu saat akan berdiri perpustakaan keluarga yang berlokasi di desa dimana saya tumbuh berkembang. Lokasinya di tempat ayah dan ibu saya tinggal sekarang. Lahan seluas lebih dari seribu meter persegi tersebut akan kami sulap menjadi sebuah perpustakaan terbuka. Perpustakaan terbuka ini akan saya namai "Muaz Library" yang tak lain saya ambil dari nama ayah saya. Pendirian perpustakaan ini adalah hasil kerjasama saya beserta dua saudara perempuan saya. Harapannya saat pendirian perpustakaan, kami bertiga sudah mengenyam pendidikan doktor.

Desain perpustakaan ini kombinasi klasik-modern dimana kami akan melakukan pemugaran besar-besaran pada desain rumah orangtua sekarang. Para penikmat perpustakaan akan menikmati suasana desa tanpa menghilangkan kemodernan seperti penggunaan IT dan teknologi terbaru. Dalam aktivitas keseharian, perpustakaan ini akan dikelola oleh aneka komunitas di Lamongan seperti mahasiswa, siswa SMP/SMA, pemuda desa, dan sebagainya. Tentu dibawah supervisi kami bertiga sebagai dewan pendiri. Kegiatan rutin di perpustakaan ini selain aktivitas baca-tulis, menonton, kegiatan komunitas, juga kuliah online dimana setiap akhir pekan saya akan berikan secara online via aplikasi google hangout dan sejenisnya. Pemberian materi bisa juga diberikan oleh teman-teman saya dari aneka bidang. Inti kegiatan dari perpustakaan ini adalah tentang bagaimana meningkatkan rasa senang belajar dalam diri warga Lamongan. Saya bercita-cita bahwa warga Lamongan suka akan belajar khususnya di ranah sains, teknologi, dan budaya.

Perpustakaan ini terbuka buat semua orang, tak peduli dari golongan manapun. Bayangan saya orang-orang dari luar Lamongan akan mendatangi perpustakaan ini untuk sekedar menghilangkan rasa penasaran ataupun studi banding. Perpustakaan ini bisa menjadi obat bagi ayah saya yang mungkin ketika perpustakaan ini berdiri sudah berumur sangat lanjut. Ia bisa bercerita tentang pengalamannya pergi ke luar negeri kepada anak-anak muda yang belajar di sini.  

Adapun dewan pendiri perpustakaan :
Uruqul Nadhif Dzakiy, PhD.
Farokhah Muzayinatun Niswah, PhD.
Dr. Isni Lailatul Maghfiroh
Posted on Sunday, October 25, 2015 | Categories:

Saturday, March 21, 2015

Mimpi Keluarga Doktor

Ketika saya menulis artikel ini, saya sedang studi pascasarjana Studi Pembangunan di Institut Teknologi Bandung (ITB), sementara kakak saya, Isni, sedang bergulat dengan tesis pascasarjana Ilmu Keperawatan di Universitas Padjajaran (Unpad), dan adik saya, Faroh, sedang menempuh semester 4 di program studi Ekonomi Islam Universitas Airlangga (Unair).

Bapak saya memang seorang yang memiliki perhatian besar pada dunia pendidikan. Ia telah berikrar untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai pendidikan pascasarjana (S2). Ia bercita-cita semua anaknya menjadi tenaga pendidik di universitas (baca : dosen). Menurut beliau dosen itu profesi yang sangat menjanjikan. Kata Bapak, dosen memiliki waktu luang yang cukup banyak dimana itu bisa dimanfaatkan untuk beraktivitas lain seperti halnya berbisnis. Saya memandang wajar pemikiran Bapak saya seperti itu berhubung Bapak biarpun telah menempuh pendidikan S2, beliau tinggal di kota kecil Lamongan Jawa Timur yang dinamikanya berbeda seperti halnya di kota besar seperti Bandung dan Surabaya. Bapak saya bukan seorang dosen, Ia adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan profesi sebagai pengawas SMA/SMK di kota Lamongan. Pendidikan S2 ditempuh Bapak sebagai syarat baginya untuk naik pangkat.
 
Adik, Saya, dan Kakak dalam sebuah foto studio pasca wisuda saya (Oktober 2014)
Saya memandang Bapak saya termasuk orang unik dibandingkan dengan teman sebayanya di kantor. Saya sering dengar bahwa orang seusia Bapak dengan profesi yang sama rela memberikan anak-anaknya barang mahal yang sedang in di masyarakat seperti gadget smartphone terbaru, motor sport, tablet PC, atau bahkan mobil. Bapak saya tidak memilih itu, tapi Ia memberikan 'beasiswa' kepada anak-anaknya di pendidikan sampai pascasarjana. Jadi, saya, kakak, dan adik dibiayai mulai dari biaya pendidikan sampai beasiswa hidup per bulannya. Saya sendiri tidak tahu apa sebab Bapak saya memiliki pemikiran demikian. Padahal jika melihat lingkungan, Bapak saya tinggal di desa jadi interaksinya dengan bapak-bapak yang maksimal pendidikan anak-anaknya adalah sarjana, bahkan banyak anak-anaknya yang hanya berpendidikan tingkat SMA kemudian bekerja di perusahaan.

Setiap saya pulang, Bapak saya seringkali cerita tentang toko pertanian yang dia buka tiga tahun silam. Bapak ceritakan jika toko yang dimilikinya itu memiliki arus kas sekian. Ia perlihatkan perhitungan akuntasinya dengan semangat. Bapak saya memang orang yang miliki kemampuan perbukuaan dan akuntasi yang relatif bagus. Ia pernah kursus akuntansi saat menempuh studi D3 di Surabaya. Bapak juga sering kali bilang bahwa bisnis yang ia buka tak lain hanyalah untuk membiayai anak-anaknya sekolah. Bapak seperti halnya orang tua lain, menceritakan masa susahnya saat muda kepada saya. Satu harapan beliau agar anak-anaknya berani 'menderita' seperti halnya yang pernah ia alami.

Tak Cukup Master

Bapak saya hanya menargetkan anak-anaknya berpendidikan sama dengannya yakni memperoleh gelar master (S2). Bagi saya gelar master tidaklah cukup. Saya rasa saya dan saudara saya harus menempuh pendidikan doktor. Alasanya senderhana, berpendidikan doktor itu cermin dari seorang yang mengembangkan ilmu pengetahuan. Pengembang ilmu dijanjikan oleh Allah SWT akan diangkat derajatnya. Juga merupakan bagian dari kebangkitan suatu peradaban. Tak ada bangsa besar tanpa didalamnya dijumpai banyak pengembang ilmu. Jika saya bagian dari pengembang ilmu berarti saya turut serta memajukan umat, bangsa, dan negara. Alasan lain, peluang untuk studi S3 besar sekali di masa sekarang. Banyak sekali beasiswa yang tersedia.

Bapak saya seringkali bilang ke saya bahwa dia ingin anaknya jadi dosen. Terkait permintaan Bapak ini, mungkin tidak bisa saya penuhi. Saat ini saya belum ada cita-cita jadi dosen, saya lebih tertarik untuk menjadi profesional. Jadi pasca studi S3, saya akan bekerja di perusahaan atau mendirikan perusahaan. Bapak juga pernah nyletuk ke saya jika dia ingin anaknya menjadi menteri. Karena ini jabatan politik sedang saya belum tertarik terjun di jalan politik, maka saya belum yakin bisa memenuhi keinginan Bapak. Saya hanya ingin menjadi seorang yang mimiliki kepakaran di bidang tertentu. Dengan itu, kemanfaatan saya terhadap masyarakat jelas.

Pada akhirnya cita-cita mewujudkan keluarga doktor dimana saya, kakak, dan adik berpendidikan S3 adalah semata-mata bukan untuk kejar status sosial. Ini semata-mata untuk semakin mendekatkan diri dengan-Nya. Kata Nabi "Jika ingin bahagia di dunia gunakan ilmu, ingin bahagian di akhirat gunakan ilmu, ingin bahagia keduanya gunakan ilmu". Semoga cita-cita mulia ini bisa terwujud di masa mendatang. Amiin. 
Posted on Saturday, March 21, 2015 | Categories: ,

Thursday, June 20, 2013

Lulus ITB, Aku Janji Akan Ciptakan Sebuah Buku

Hidupku serasa sangat hampa tanpa ada buku bacaan di tangan. Entah apa jenisnya aku tidak sudi yang penting sebuah buku. Tapi biasanya buku yang kubaca adalah seputar roman karya Pramoedya dan juga buku ekonomi, sosial, dan politik karya penulis-penulis terkemuka seperti Paulo Freire, Marx, Soekarno, Tjahrir, Hatta dan sebagainya. Memang sampai saat ini belum banyak buku yang aku baca tapi niatan untuk membaca buku karangan penulis-penulis tersebut diatas sangat bulat. Buku-buku klasik coba aku kumpulkan untuk dibaca, juga buku-buku terkini karangan profesor dan pakar terkemuka baik dari Indonesia maupun luar negeri.

Aku saat ini sudah tidak lagi tertarik dengan buku "reaktif" karya para ilmuwan karbitan negeri ini. Juga para politisi Senayan, para tokoh "dadakan", dan juga para motivator serta pengusaha yang cenderung berbicara tips dan trik, manajemen, dan cara menjadi orang kaya. Aku sudah tidak lagi nge-fans sama Anies Baswedan, Dahlan Iskan, dan tokoh-tokoh Indonesia lainnya. Aku hanya ingin menjadi diriku sebenarnya. Bukan ingin menjadi seperti mereka.

Ilmu pengetahuan memang berkembang dengan sangat cepat. Dengan kecepatan membaca dan juga sering berdiskusi belumlah cukup untuk menguasai semua ilmu pengetahuan itu. Manusia memiliki keterbatasan. Waktu, kemampuan menangkap isi tulisan, dan kesempatan adalah diantara batasan-batasannnya. Menulis adalah cara untuk tidak menghilangkan pengetahuan yang didapat dari membaca. Idealnya ada empat tahap yang harus dilalui ; Read (membaca), Do (melakukan), Imagine (berkontempelasi), dan write (menulis). Output dari hal ini adalah keotentikan tulisan. Tulisan tidak lagi bersifat subjektif. Inilah yang dinamakan dengan karya ilmiah.

Ketertarikan aku di dunia intelektual memunculkan keinginan yang bulat untuk menulis buku sebelum lulus dari ITB. Aku merencakan lulus ITB di Juli 2014. Oleh karenanya, sebelum jatuh tempo aku harus siapkan. Buku yang ingin aku tulis adalah tentang berbagai tulisanku. Mungkin semacam bunga rampai. Hal ini agar pemikiranku selalu eksis biarpun secara fisik aku meninggalkan kampus ini. Buku yang akan aku tulis untuk unitku Majalah Ganesha ITB, Himpunan Mahasiswa Matematika ITB, kemahasiswaan Terpusat KM ITB, almamaterku ITB, dan juga masyarakat Indonesia dan dunia.

15 Juni 2013

Posted on Thursday, June 20, 2013 | Categories:

Thursday, October 11, 2012

100 Mimpi Saya

Karena bermimpi itu gratis alias tidak bayar, maka saya akan tuliskan mimpi saya berikut ini. Semoga Allah mendengar doa saya. Amiin
1.       S2 Manajemen Bisnis UI/ITB/NUS
2.       MBA LSE UK
3.       PhD LSE UK
4.       Dosen Universitas Airlangga Surabaya
5.       Dosen tamu di berbagai universitas daerah
6.       Guru Besar Manajemen Bisnis Universitas Airlangga
7.       Solo Umroh, doa di raudhoh, cium hajar aswad
8.       Owner MD Property, fokus pada pembuatan green bulding dan sport center arena
9.       Founder MD Foundation, fokus pada peningkatan SDM daerah tuk bisa terampil dan membangun daerah
10.   Owner MD TV, stasiun televisi dengan visi melejitkan pemuda daerah tuk berani bermimpi besar dan sanggup merealisasikannya
11.   Pemilik saham terbesar Lamongan Plaza
12.   Stadion Surajaya berganti nama menjadi Gelora Surajaya dengan aku sebagai pemegang saham mayoritas
13.   Gelora Surajaya adalah sport center terlengkap se- Indonesia yang meliputi cabang olahraga (stadion sepakbola, lapangan rumput sepak bola, lapangan futsal, lapangam tennis, lapangan badminton, running track, lapangan volley, kolam renang, dan lapangan basket)
14.   Gelora Surajaya menjadi stadion Timnas Indonesia di pertandingan internasional
15.   Pemilik saham terbesar PERSELA Lamongan (sponsor utama)
16.   Owner MD Hotel di kota Lamongan dan Pantura Lamongan
17.   Pemilik saham Wisata Bahari Lamongan
18.   Owner Rumah Baju
19.   Owner Rumah Foto Kopi
20.   Owner Rumah Foto
21.   Owner Rumah Sepeda
22.   Inisiator Social Enterprise di daerah
23.   Owner Rumah Musik
24.   Owner Rumah Jurnalistik
25.   Owner Sport Center
26.   Penyelenggara Muad Cup, kompetisi sepakbola dan bulu tangkis tingkat daerah rutin tiap tahun
27.   OwnerRumah Bola
28.   MD Foundation bangun kantor pusat di Surabaya
29.   MD Foundation bangun kantor cabang di seluruh kecamatan di Lamongan
30.   MD TV sajikan program Profil Kampus Negeri di Indonesia
31.   MD TV sajikan program liputan kompetisi antar pelajar (cerdas cermat dan olahraga)
32.   MD TV sajikan program Profil Pendiri dan Tokoh Bangsa
33.   MD TV sajikan penemuan ilmiah terbaru dunia
34.   MD TV sajikan musik-musik indie karya anak muda
35.   MD TV sajikan progam Bincang Tokoh dengan para tokoh daerah yang sukses
36.   Inisiator program LMG Sehat
37.   Inisiator program LMG Green
38.   Penulis Autobiografi Uruqul Nadhif Dzakiy
39.   Penulis novel
40.   Penulis buku motivasi
41.   Penulis buku "Lamongan, Kabupaten Percontohan Indonesia"
42.   Inisiator Paguyupan Pengusaha Muda Daerah
43.   Plaza Lamongan seperti BIP di Bandung tapi all local product
44.   Owner Caffee Cafe
45.   Owner Kafe Jepang
46.   Insiator Pertandingan Bola antar Camat se-kabupaten Lamongan
47.   Ketua HIPMI Jawa Timur
48.   Keliling Dunia (Eropa, Amerika, Afrika, Asia, Australia) dalam waktu terencana
49.   Owner MD Farm, fokus pada pertanian dan perkebunan
50.   Owner MD Fishery, fokus pada peningkatan nilai jual perikanan lokal
51.   Inisiator Paguyupan Mahasiswa Lamongan Tingkat Nasional
52.   ....

akan segera diapdet sampe capai 100 mimpi. Never ending dreaming and always doing the best J
Posted on Thursday, October 11, 2012 | Categories:

Wednesday, December 21, 2011

Lamongan sebagai Kabupaten Percontohan Indonesia


Arief Hidayat | 19 Desember 2035 | 00.01 WIB

Kompas.com - Lamongan, kabupaten yang terletak di sebelah Barat Surabaya belum lama ini dinobatkan Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten terbaik di Indonesia di lima katagori yaitu katagori kesejahteraan masyararakat, katagori green resident, katagori investasi dan perdagangan, katagori kabupaten terbersih dari korupsi dan katagori IT and Research Resident.

logo Lamongan
Menurut Bupati Lamongan lulusan ITB Bandung, Uruqul Nadhif Dzakiy, PhD, kesuksesan Lamongan saat ini adalah karena peran bersama antara masyarakat dan Pemerintah Daerah Lamongan. Jauh sebelum ia menjabat, ia bersama masyarakat Lamongan mendirikan Al Adzkiya’ Foundation di kota Lamongan. Yayasan ini menaungi banyak lembaga di antaranya Masjid Al Adzkiya’, Al Adzkiya’ Research Center, Al Adzkiya’ Learning Center dan TV lokal Transform TV.  Sampai sekarang manfaat yayasan ini sudah bisa dirasakan  oleh seluruh masyarakat Lamongan tak terkecuali masyarakat daerah terpencil dan pinggiran.

Uruqul Nadhif Dzakiy, PhD
Kepiawaian Pak Nadhif, sapaan akrab beliau, dalam memimpin Lamongan tak lepas dari kehebatan beliau mengelola bisnis. Di samping menjadi dosen Departemen Manajemen Universitas Airlangga Surabaya , Ia menahkodai aneka bisnis. Bisnis beliau saat ini menggurita ke seluruh wilayah di Lamongan bahkan Jawa Timur. Bisnis yang digelutinya mulai dari Toko Sepeda di jantung kota Lamongan, lapangan futsal, lapangan badminton, percetakan, penerbitan buku, aneka distro, kafe, mobile laundry, hotel bintang 5 di kawasan pantura Lamongan, toko buku, sampai transportasi trans daerah Lamongan. Ia juga mendirikan perusahaan besar PT Dzakie Construction dan PT Dzakie Farm and Biofuel bersama para engineer asal Lamongan.

“Lamongan sekarang adalah perwujudan dari mimpi saya yang tertulis di buku pegangan putra puteri Lamongan  Lamongan 2035, menjadi syurga di negeri sendiri ”, ucap Pak Nadhif.
Posted on Wednesday, December 21, 2011 | Categories:

Tuesday, May 03, 2011

Ketika Trio Mu'allimin Mengubah Wajah Indonesia

Uruqul
Paska belanja buku di Gramedia, aku terbersit pikiran akan teman-teman 'canggih' ku di Mu'allimin. Mereka adalah Ahmad Prasetyadi yang biasa dipanggil Sadam (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UI) dan Muhammad Ghufron Mustaqim yang biasa disebut Ghufron (Mahasiswa Hubungan Internasional UGM). Mereka berdua adalah kompetitor aku di Mu'allimin baik di akademik maupun di organisasi.
Ghufron


Saya bermimpi suatu saat, aku dan mereka akan menjadi public figure yang membawa wajah cerah negeri ini. Ghufron seorang orator dan organisator, saya yakin dia ke depan akan menjadi seorang politikus andal atau paling tidak jubir atau juga Presiden RI. Kalo Sadam, ku kenal sejak SD adalah seorang pemikir yang handal. Pikiran-pikiran beliau sangat kritis dan logis. Bacaan dia dulu cukup banyak. Ia disamping ilmu agamanya top, ilmu sosialnya tak kalah. Melihat diriku, aku adalah sesosok yang gampang berubah cita-cita. Namun, ketika sekarang aku sudah mantap 100% akan  berkiprah di dunia academic dengan background ilmu manajemen jebolan professor UI kedepannya, Indonesia akan terwarnai dengan pikiran-pikiran yang brilian dari seorang Uruqul. 
Sadam 

Jika ketiganya digabung, Ghufron sebagai politikus, Sadam menjadi seorang pemikir dan penulis brilian, dan aku menjadi seorang pakar manajemen dan juga author, harapan untuk mewujudkan Trio Mu'allimin akan mudah terealisasikan. Sekarang, saatnya Indonesia terwarnai dengan pikiran-pikiran alumni Mu'allimin yang futuristik dan berkemajuan. 

Saatnya, ada pengganti Buya Syafi'i Maarif dari sekolah kader Muhammadiyah untuk mengubah satu Indonesia. Merdeka ! 
Posted on Tuesday, May 03, 2011 | Categories:

Friday, April 22, 2011

Aku Akan Kuliah di Harvard Business School


Baru beberapa minggu terakhir aku sangat tertarik di dunia membaca dan berbisnis. Entah apa yang mendasari aku bermimpi kayak gini. Aku yang notabene mahasiswa Matematika ITB tentunya hal tersebut sangat tidak sinkron dengan duniaku yang melulu membahas integral, aksioma, alfa. Betha dan lainnya.

Aku punya targetan yang jelas akan dua hal ini. Dalam segi perkaryaan tulis menulis. Targetan jelasku setamat ITB aku harus captain buku dan juga membaca 500 judul buku sejak maret 2011. Fantastis dan Gila kalo dirata-rata per bulannya harus habisin 17 buku. Namun, aku sangat berfikir realistis hal ini akan bisa kucapai.

Rencana strategis dan agak gila selanjutnya aku harus mengalokasikan dan menginvestasikan waktuku untuk berbisnis beneran. Saat ini aku berbisnis pulsa dan mau menjejaki dunia penjualan dan marketing buku. Tambahan jadi pelaku Inkubator Bisnis ITB ama Nanda dkk. Baru sebatas itu. Selanjutnya, karena kecintaanku pada dunia manajemen, di semester V aku ingin masuk Manajemen Unpad. Jadinya harus dobel dengan kuliah di ITB. Alasan terkuat selanjutnya karena sampai saat ini aku tidak bisa menunjukkan prestasi luar biasa di ITB. Selain itu dengan kuliah di Manajemen Unpad untuk bisa Kuliah MBA di UNSW akan lebih mudah.

Paska MBA UNSW aku akan bergulat dengan anekan bisnis di Lamongan mulai dari hotel dan resort, transportasi, kuliner, toko sepeda, toko buku dan bisnis lapangan futsal. Ada lagi pikiran-pikiran bisnis yang lain jika harus disebutin rencana-rencanaya.

HBS, PHd aku disini
Aku tipikal orang akademis ingin banget kuliah sampe S3. Harapan terbesar dan mimpiku adalah Kuliah di Harvard Business School USA yang merupakan sekolah bisnis terbaik di jagat ini. Aku ingin mengepakkan sayap membangun Lamongan dan bangsa Indonesia dengan mengenal keadaan dunia saat ini.

Uruqul Nadhif Dzakiy, S.Si, SE, MBA, P.Hd—Mathematician, Author, Entrepreneur 
Posted on Friday, April 22, 2011 | Categories:

Sunday, March 20, 2011

Lamongan, Kota Bisnis Potensial

Pernah dan nampak sering aku membayangkan menjadi seorang entrepreneur. Aku melihat potensi daerah sangat besar untuk dijadikan lahan bisnis. Entah bisnis apa aku belum kebayang. Tapi setidaknya melihat lahan dan perkembangan kota Lamongan lambat laut mengalami perkembangan positif. 

Begitu pula melihat persaingan antar entrepreneur disana yang belum seketat di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Faktor pendukung yang lain adalah SDM yang cukup untuk dijadikan partnership. Kebanyakan pemuda sana banyak setamat dari pendidikan SMA/SMK-nya hijrah ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar dan sebagainya. Lha, kalo mereka bisa bergabung kan dapat benefit yang besar bukan?

Lha, sok bagi ente-ente yang sudah cukup pengalaman di dunia bisnis share pengalaman ke blog  aku ya. Hehe..
Posted on Sunday, March 20, 2011 | Categories:

Thursday, February 11, 2010

sepeda idaman

Polygon Clover

Polygon Monarch

Wim cycle MTB Road charmp 21

Wim Cycle MTB Charmp XT
Posted on Thursday, February 11, 2010 | Categories: