Showing posts with label Wawasan. Show all posts
Showing posts with label Wawasan. Show all posts

Friday, October 23, 2015

Matematika Pembangunan (1)

Secara sederhana saya mendefinisikan matematika sebagai sebuah alat untuk memahami alam semesta. Asalkan ada suatu fenomene yang memiliki dinamika pasti dapat dimodelkan dengan matematika. Jadi matematika tak terkotak pada ranah sains dan engineering saja. Fenomena sosial yang memiliki dinamika mahaluas dengan melibatkan variabel superbanyak dapat dipahami dengan mudah melalui pendekatan matematika. Biarpun penyederhanaan ini men-delete aneka variabel. Salah satu alat matematika untuk memahami fenomena sosial adalah dengan system dynamics. Saya tidak akan menceritakan panjang lebar terkait tool ini.

Poin kedua, pembangunan. Saya definisikan pembangunan sebagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-instusi nasional yang sangat kompleks dan dalam pengkajiannya dibutuhkan multidisiplin keilmuan. Definisi diatas saya dapatkan dari kuliah Widyo Sulasdi (2015). Kekompleksan suatu fenomena dapat diurai dengan pertama kali mengidentifikasi unsur-unsurnya. Unsur yang dimaksud merupakan suatu komponen penyusun fenomena yang keberadaannya tak dapat dihapus karena saking pentingnya. Tingkat "penting" sangat bergantung pada model mental masing-masing pendefinisi. Sangat subjektif memang. Namun, biarpun sangat subjektif harus dapat diuji dimana sang pendefinisi kudu mampu menjawab beyond the element alias menjawab pertanyaan "why". Bayangkan seberapa banyak komponen dari suatu fenomena pembangunan. Sebagai contoh mudahnya, fenomena gagalnya mahasiswa A menembak mahasiswi B.

Dalam model mental saya, fenomena cinta seorang mahasiswa adalah fenomena pembangunan. Bayangkan seorang mahasiswa yang bercinta dan akhirnya menikah akan mengalami dinamika yang menarik seperti halnya ngobrol masalah Rumah Tangga sampai negara bahkan dunia. Tidak hanya ngobrol, bahkan aksi seperti halnya jalan-jalan manjat gunung atau sekedar refreshing di Freeport trus ditambah aksi membuat gerakan seperti gerakan mahasiswa jomblo merdeka bangun desa. Ini jelas berimbas pada pembangunan. Oke, kembali ke poin fenomena gagalnya mahasiswa A menembak mahasiswi B. Fenomena tersebut libatkan aneka unsur penting : lama mengenal, tingkat kegantengan/kecantikan, pengalaman bercinta, kesiapan bercinta, tingkat ke-PD-an, dan strategi menembak. Terkait hal ini jika ada waktu dan tidak malas, saya pengen buat modelnya.

Rumus Pembangunan

Jika fenomena gagalnya bercinta saja kompoleks, jelas fenomena pembangunan suatu negara lebih kompleks lagi. Dalam kuliah Ekonomi Pembangunan lanjut dimana didekati dengan pendekatan sistem, Tasrif (2015) jelaskan bahwa pembangunan (development) didefinisikan oleh :

 Development = Technology x Acceptance x Resource

Definisi diatas menceritakan bahwa pembangunan itu diperoleh mulai kombinasi yang harmoni antara teknologi, dukungan subjek pembangunan (dalam konteks negara : rakyat), dan sumber daya. Tanda kali (multiple) mengandung makna bahwa jika salah satu komponen bernilai nol (tidak ada sama sekali) maka bisa dipastikan pembangunan tidak akan terjadi. Kembali ke persolan gagalnya bercinta diatas. Jika mahasiswa A dan mahasiswi B ada (resource =1), keduanya saling suka dalam diam (acceptance = 1), namun malu untuk sekedar say hello (technology=0), maka jelas percintaan tak akan pernah terjadi (Development = 0). Maka ketiga elemen tersebut bisa disebut elementer dalam pembangunan.

Kembali ke persolan pembangunan yang lebih luas yakni dalam skala negara,. Mengidentifikasi unsur-unsur penyusun technology, acceptance, dan resource jelas sangat rumit dan kompleks. Ini jelas dibutuhkan analisis yang mendalam guna nantinya didapatkan perilaku (behavior) yang representatif. Dalam modeling terkait hal ini akan digunakan pendekatan system dynamics. Salah satu keunggulan metode ini adalah mampu menggambarkan keterkaitan antar elemen untuk kemudian diamati perilakunya. Selain itu, alat ini mampu menerobos dinding pembatas antarkeilmuan, jadi tidak terkotak-kotak.

Karena tulisan ini sekedar pendahuluan, maka saya sudahi saja. Terima kasih.  

Tuesday, June 16, 2015

Manajemen Pariwisata Pesisir

Rangkuman Kuliah 8 Juni 2015
Mata Kuliah Sistem Pembangunan
Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu
Dosen : Prof. Dr. Ir. Widyo Nugroho Sulasdi

Pendahuluan
Tesis

Kekuatan tesis terletak dalam metodologinya. Metodologi dalam tesis harus dimasukkan dalam bab tersendiri. Adapun daftar isi tesis adalah sebagai berikut ;
  1. Pendahuluan, mencakup apa yang diteliti, mengapa diteliti, dan bagaimana cara meneliti
  2. Studi kepustakaan, memaparkan penelitian sejenis
  3. Metodologi penelitian
  4. Hasil dan analisis
  5. Kesimpulan dan saran

Setelah mendapatkan judul tesis, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi variabel yang berada di ruang lingkup tesis. Identifikasi berbeda artinya dengan inventarisasi. Inventarisasi sama halnya dengan klasifikasi dimana benda (objek) sudah ada, sedangkan identifikasi itu benda (objek)nya harus dicari. Setelah variabel-variabel penelitian yang terkumpul dianggap cukup, maka langkah selanjutnya adalah mencari koherensi diantara variabel-variabel tersebut. Apakah ada keterkaitan di antara variabel-variabel tersebut. Keterkaitan tersebut membentuk sistem dan suatu yang membangun sistem dinamakan konsep.
Variabel-Variabel dalam Pariwisata Pantai/Laut

Wisata pantai/laut merupakan kombinasi potensi alam dan rekayasa yang tepat. Daerah wisata pada prinsipnya adalah kombinasi dari ketersediaan potensi alam, sarana transportasi darat, laut, dan udara, jaminan keamanan, ketersediaan sumber energi, tempat tinggal (hotel) yang nyaman, dan adanya sarana ibadah sehingga wisatawan dapat menikmati keindahan alam dengan tidak melupakan Tuhan Pencipta Alam.
  
Kondisi Pariwisata Pesisir Indonesia

a. Gambaran Umum

Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan. Praktis Indonesia dikaruniai Tuhan banyak sekali pantai-pantai, aneka biota laut, dan pemandangan laut yang indah. Indonesia kaya akan potensi wisata pantai dan laut. Namun fakta yang terjadi secara umum pengelolaannya masih kurang. Keadaan kontras antara peluang dan kondisi yang terjadi saat ini dinamakan diametral paradoksal.

Mengatasi hal ini, perlu dilakukan proses optimisasi. Proses optimisasi merupakan upaya untuk mengurangi kendala yang ada guna mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam konteks masalah wisata pesisir, pengurangan kendala untuk menjadikan wisata laut Indonesia dapat terkelola lebih baik sehingga mampu menciptakan devisa yang besar untuk negara. Proses optimisasi didahului dengan identifikasi kendala kemudian mengurangi kendalanya.
 b. Peringkat Pariwisata Laut Indonesia

Berdasarkan The Travel and Tourism Competition Index pada 2013, peringkat pariwisata Indonesia menempati posisi ke-12 dari negara-negara Asia-Pasifik. Indonesia bahkan kalah dengan Malaysia dan Thailand yang masing-masing berada di peringkat 8 dan 9. Sementara Singapura berada di posisi puncak dengan disusul Australia di posisi kedua. Hal yang menyebabkan buruknya kualitas pariwisata Indonesia adalah sebagai berikut ;
  1. Infrastruktur. Buruknya infrastruktur jalan dan akses menuju lokasi pariwisata
  2. Informasi. Kurangnya pusat informasi pariwisata dan peta wisata. Oleh karenanya diperlukan pengembangan ine stop service
  3. Kebersihan, ketertiban, dan keamanan. Seringkali kita jumpai di kawasan wisata banyak sampah, toilet yang kotor, coretan di berbagai dinding dan objek wisata, serta sering terjadi aksi premanisme. Ini menandakan bahwa kepekaan dan kepedulian terhadap pariwisata kita tidak ada, ditambah lagi dengan peraturan yang tidak kuat.
  4. Infrastruktur penginapan. Jumlah penginapan (hotel) yang sedikit di kawasan pariwisata, ditambah dengan kualitas yang maish belum baik.

Tidak semua wisata Indonesia kurang baik, namun secara umum masih tertinggal. Indikasinya dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan asing. Kondisi ini harus menjadi initial condition bagi kita agar pemerintah dan rakyat dapat berbenah.

Guna mendapatkan arah untuk melakukan pembenahan, dapat digunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, dan Treat). Analisis SWOT mengkaji kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (treat) dari masalah wisata Indonesia yang sedang dikaji. Untuk melakukan kajian terkait wisata Indonesia, perlu dibuat ruang lingkup penelitian (rational bounderies) agar penelitian fokus pada variabel tertentu, tidak melebar ke hal yang lebih luas.
 APBN Sebagai Sumber Anggaran Pariwisata

Pengembangan pariwisata didanai oleh pemerintah melalui pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN dari tahun ke tahun selalu naik. Seperti pada tahun 2015 mencapai 1.793,6 Triliun dimana jumlah ini naik lebih dari 100 Triliun dari tahun sebelumnya yang mencapai 1.635,4 Triliun.

Anggaran (APBN) dapat defisit maupun surplus. Anggaran dapat defisit ketika pengeluaran (belanja dan pembiayaan) lebih besar dibandingkan pendapatan. Sebaliknya jika pendapatan lebih besar dari pengeluaran, maka anggaran akan berlebih (surplus). Jika pengeluaran relatif sama dengan pendapatan maka APBN dianggap seimbang (balance).


Saturday, June 06, 2015

Renewable Energy sebagai Tren Masa Depan

Pendahuluan

Renewable energy adalah sesuatu yang dapat diperoleh dari sumber daya – sumber daya alam yang secara konstan dapat diisi ulang (replenished).

Teknologi renewable energy mencakup teknologi-teknologi yang menggunakan- atau dapat menggunakan – satu atau lebih sumber-sumber renewable energy. Tipe dari teknologi-teknologi renewable energy mencakup ; bioenergy, geothermal energy, hudropower, ocean energy, solar energy, dan wind energy.

Teknologi-teknologi renewable energy juga mencakup hybrid dan teknologi-teknologi terkait. Sebagai contoh teknologi-teknologi tersebut adalah :
  • energi simpanan yang dihasilkan menggunakan renewable energy
  • memprediksi persediaan renewable energy
  • membantu pengiriman energi yang dihasilkan menggunakan teknologi-teknologi renewable energy ke konsumen-konsumen energi.

Tren konsumsi energi

  1. Konsumsi energi primer naik dalam kisaran 37 % antara tahun 2013 dan 2035, dengan rata-rata tumbuh 1.4 % per tahun. Sebenarnya semua (96%) dari pertumbuhan diproyeksikan untuk negara non-OECD, dengan konsumsi energi tumbuh di 2.2 % per tahun. Konsumsi energi di negara OECD, secara kontras, tumbuh hanya 0.1 % per tahun selama seluruh periode dan ternyata turun dari 2030.
  2. Rata-rata pertumbuhan yang diproyeksikan dari konsumsi energi global secara signifikan lebih lambat dari tren sekarang (2.4 % per tahun dari 2000-2013). Perlambatan ini paling ditandai dalam negara Asia non-OECD, dimana pertumbuhan dalam kisaran 7 % per tahun sejak 2000 dan diproyeksikan lambat 2.5 % per tahun di antara 2013 dan 2035.
  3. Refleksi akhir dari tahap pertumbuhan yang cepat dalam permintaan energi dalam negara berkembang di Asia, berpusat pada China, digerakkan oleh industrialisasi dan elektrifikasi. Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dan sebuah reduksi yang dipercepat dalam intensitas energi[1] (karena pertumbuhan ekonomi menjadi kurang bergantung dengan industri berat) memainkan kira-kira bagian-bagian yang setara dalam menjelaskan perlambatan dari pertumbuhan energi.

  1. Produksi energi primer dunia tumbuh di 1.4 % per tahun dari tahun 2013 ke 2035, sepadan pertumbuhan konsumsi.
  2. Pertumbuhan tersebar di semua wilayah kecuali Eropa. Amerika selatan dan tengah menunjukkan rata-rata tercepat pertumbuhannya (2.1 % per tahun), sementara kenaikan datang dari Asia Pasifik, menyediakan 45 % dari kenaikan dalam produksi energi global. Amerika utara merupakan sumber terbesar kedua dari pertumbuhan, dan produsen energi regional terbesar kedua.
  3. Sumber baru energi, dibantu oleh teknologi dan produktivitas yang diperbarui, membuat kontribusi yang signifikan untuk men-supply pertumbuhan. Sumber daya yang dapat diperbaharui, shale gas, tight oil, dan sumber-sumber energi baru secara agregat tumbuh di 6 % per tahun dan menkontribusi 45 % dari kenaikan dalam produksi energi sampai 2035.
  4. Pertumbuhan dari bentuk-bentuk energi baru telah diaktifkan oleh pembangunan dari teknologi dan didukung oleh investasi-investasi skala besar, dan kondisi-kondisi ini diasumsikan berlanjut lebih prospek.

  1. Sampai sekarang, pembagian bahan bakar non-fosil dalam generasi kekuatan global turun karena nuklir dan hydro berjuang untuk menjaga langkah (kecepatan) dengan pertumbuhan dari generasi kekuatan global, dan sumber daya yang dapat diperbaharui sangat kecil untuk membuat sebuah perbedaan material.
  2. Melihat kedepan, saham dari nuklir dan hidro berlanjut menurun, tetapi memperluas sumber daya yang dapat diperbaharui mencukupi untuk mengangkat saham non fosil secara agregat dari 32 % di 2013 ke 38 % pada 2035.
  3. Dalam negara OECD, sumber daya terbarukan mendominasi pertumbuhan dari kekuatan non-fosil, dan menkontribusi 90 % dari pertumbuhan (bersih) dalam generasi energi dari semua sumber.
  4. Pertumbuhan dari bahan bakar non-fosil di negara non-OECD diperluas. Kenaikan dalam energi terbarukan kira-kira sama dalam istilah-istilah volume dalam OECD. Tetapi terdapat juga kenaikan-kenaikan signifikan dalam nuklir dan hidro. Sumber daya terbarukan menjelaskan sekitar 16 % dari pertumbuhan dari generasi energi dalam negara non-OECD.


Sumber
  1. Australian Renewable Energy Agency, http://arena.gov.au/about-renewable-energy/ diakses 3/6/2015 pukul 14.04 WIB
  2. BP Energy Outlook 2035, February 2015 http://www.bp.com/en/global/corporate/about-bp/energy-economics/energy-outlook.html diakses 3/6/2015 pukul 15.30 WIB


[1] Jumlah energi yang digunakan per unit GDP

Posted on Saturday, June 06, 2015 | Categories: ,

Friday, June 05, 2015

Inovasi dan Kemampuan Nasional

Masalah utama peningkatan inovasi dan kemampuan nasional adalah dana dan pasar serta kebijakan pemerintah lain yang mendukungnya. Dana hanya tersedia apabila kita mengalokasikannya sedangkan pasar hanya akan terbentuk apabila ada keberpihakan akan penelitian, perusahaan, dan produk nasional.

Ekonomi adalah ilmu memilih seperti yang diutarakan Told G. Buchholz dalam bukunya "New Ideas From Dead Economists". Dalam buku tersebut, Told bukan memberikan petunjuk terhadap pilihan-pilihan apa yang seharusnya kita ambil melainkan membantu kita untuk mengerti konsekuensi-konsekuensi dari pilihan kita. Dalam kasus di Indonesia, kita dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sulit karena sumber daya yang ada serba terbatas. Sebagai contoh kebijakan energi nasional. Pilihan menghapus subsidi BBM adalah pilihan sulit untuk merespon pembangunan meliputi peningkatan kesejahteraan dan lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, inovasi dan kemampuan nasional. Penghematan juga bisa diperuntukkan untuk kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya.
 
Widjajono Partowidagdo (sumber kopertis12.or.id)
Seperti topik tulisan ini, inovasi berperan penting dalam pembangunan. Seperti yang digambarkan dalam Causal Loop Diagram[1] berikut :

Gambar di atas menceritakan bahwa, pembangunan disokong oleh demokrasi yang kuat, peraturan dan peradilan yang adil, investasi yang besar, lingkungan yang asri, anggaran pemerintah yang cukup, desentralisasi yang berjalan sesuai, dan ilmu dan teknologi (inovasi) yang berjalan dengan optimal. Ketujuh elemen tersebut tak dapat dipisah begitu saja, semuanya merupakan variabel yang sangat penting dalam pembangunan. Inovasi merupakan investasi yang hasilnya mungkin tidak dapat dirasakan secara cepat, namun jika pemerintah abai dengan hal ini, pembangunan akan terseok-seok yang berdampak kalahnya negara dalam persaingan global.

Keberpihakan Negara Pada Inovasi

Perkembangan inovasi sains dan teknologi di negeri kita masih jauh dari maju. Penyebabnya seperti yang dijelaskan dalam gambar di atas yakni karena anggaran pemerintah yang rendah, peraturan dan peradilan yang masih lemah, dan investasi baik asing maupun domestik terkait masih kecil. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa keberpihakan negara pada inovasi masih rendah sekali.

Inovasi adalah langkah bangsa ini untuk mandiri. Dengan menjadi negara yang mandiri, negara ini akan mampu menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Seperti halnya negara besar seperti Jepang, Rusia, India, dan Cina yang memiliki tekad kuat untuk menjadi bangsa maju, Indonesia seharusnya punya tekad yang sama. Para founding fathers kita seringkali menggembar-gemborkan ide berdikari (mandiri), gotong-royong (perduli), dan bebas aktif dan cinta damai (bersahabat). Seperti yang diajarkan oleh Bung Hatta bahwa negara berkembang seharusnya berusaha untuk meningkatkan kemampuan nasionalnya.

Akhirnya, peningkatan inovasi dan kemampuan nasional hanya akan berhasil apabila ada keberpihakan pemerintah serta kerja keras, cerdas, tekad untuk mandiri dan moral yang baik dari badan usaha, akademisi, dan masyarakat. Negara yang baik membutuhkan adilnya pemimpin, amalnya pengusaha, ilmunya ulama (akademisi) serta kesabaran, keperdulian, dan kerja keras dan semangat cinta tanah air masyarakatnya.



[1] Causal Loop Diagram adalah sebuah diagram sebab-akibat yang membantu dalam memvisualisasikan bagaimana variabel-variabel yang berbeda dalam sebuah sistem saling berkaitan (interrelated). Untuk menentukan jika sebuah causal loop memperkuat (reinforcing, tanda +) atau menyeimbangkan (balancing, tanda -), dapat dimulai dengan sebuah asumsi. Misalkan node 1 naik diikuti kenaikan node lainnya. (sumber en.wikipedia.org dengan pandangan penulis)

Saturday, May 30, 2015

Ekonomi Inovasi dan Pembangunan Berkelanjutan

In an era of man made brain power industries, those who win will learn to play a new game with a new rules requiring new strategies. Tomorrow's winners will have very different characteristic than today's winner"[1] Lester Thurow (Guru besar Messachussets Institute of Technology)

Dalam era industri seperti sekarang ini, para pemenang industri akan memainkan permainan baru dan tentunya dengan strategi-strategi baru. Pemenang masa depan akan memiliki karakteristik yang jauh berbeda dengan pemenang masa kini. Diprediksi masa depan akan kembali beralih ke belahan dunia Timur. Terlepas benar tidaknya prediksi tersebut, kita hanya bisa bersaing di era globalisasi ini jika kita dapat mempraktikkan keadilan dan moralitas dalam pembangunan masyarakat kita.

Salah satu aspek yang penting dalam pembangunan adalah teknologi. Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah baik yang dapat diperbaharui (hutan, air, tanah, dsb) maupun tidak dapat diperbaharui (minyak bumi, batu bara, dsb) jelas membutuhakan manusia-manusia terampil yang bisa mengelolanya sendiri. Perlu adanya upaya serius untuk itu seperti halnya mengalihkan subsidi untuk human investment seperti Research and Development (R&D). Manusia-manusia yang terampil inilah yang akan berperan besar dalam pembangunan. Mereka tak hanya memahami pembangunan secara deterministik yakni hanya berfikir sektoral, namun mereka memiliki pola pikir kolaboratif. Sebagai contoh seorang insinyur faham akan masalah sosial, begitu pula sebaliknya. Berfikir sektoral merupakan problem krusial dalam pembangunan.

Widjajono Partowidagdo (sumber kopertis12.or.id)
Oleh karenanya, masyarakat yang sanggup berkompetisi di masa mendatang adalah masyarakat yang berkualitas. Kualitas suatu masyarakat sangat bergantung pada partisipasi warganya, seperti yang disinggung oleh William E. Deming, "Quality is only achieved if everyone believes in it, if everyone is always concerned first of all to improve their own quality at work. You get quality people trusted to work possitively for the good of the whole community"[2]. Adapun yang paling penting untuk segera dibenahi di negara kita adalah jaringan komunikasi. Demokrasi, birokrasi, dan desentralisasi akan efektif dan efisien dengan adanya sistem informasi, komunikasi, serta jaringan kerja dan kontrol yang baik antara masyarakat yang concern atas kemajuan bangsa dan negaranya. Melalui sistem informasi, monitoring devisa dan pengontrolan imigrasi hanya dapat dilakukan dengan baik. Korupsi pun bisa ditekan karena transparansi telah dilalukan.

Epilog

Keberlanjutan pembangunan di masa depan jelas diperlukan manusia-manusia unggul yang dapat memecahkan masalah dunia yang semakin kompleks. Salah satu bukti keunggulan manusia adalah tidak terbuktinya prediksi Klub Roma terkait kelangkaan sumber daya alam yang menjadikan manusia sangat menderita (doomstay) pada 2000[3]. Berkat kecerdasan otak, manusia dapat menemukan sumber daya terbarukan yang dapat menjadi subtitusi dari ketergantungan terhadap sumber daya fosil.

Juga selain itu diperlukan manusia yang menjunjung tinggi moralitas. Melalui inilah pembangunan diabdikan hanya semata-mata untuk kemaslahatan seluruh umat manusia, bukan untuk mencari pengaruh politik dunia semata. 



[1] Dalam era industri yang mengandalkan kekuatan otak, mereka yang menang akan belajar untuk memainkan sebuah permainan baru dengan peraturan-peraturan baru yang memerlukan stategi –strategi baru. Pemenang masa depan akan memiliki sifat-sifat yang sangat berbeda dengan pemenang masa kini.
[2] Kualitas hanya dicapai jika setiap orang percaya padanya, jika setiap orang selalu mempunyai perhatian utama untuk meningkatkankualitasnya di tempat kerja. Anda memperoleh kualitas dari orang-orang yang berkualitas yang dipercaya untuk bekerja secara positif demi kebaikan seluruh rakyat.
[3] Prediksi Club of Rome (1972) yang diterbitkan dalam buku "The Limits to Growth" karya Meadows dkk.

Monday, May 04, 2015

Fenomena, Magister, Integrasi, dan Definisi

Rangkuman Kuliah 4 Mei 2015
Mata Kuliah Sistem Pembangunan
Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu
Dosen : Prof. Dr. Ir. Widyo Nugroho Sulasdi*

Fenomena

Fenomena adalah kejadian atau peristiwa atau masalah yang bisa diamati, dirasakan, dan diukur. Fenomena tersusun atas unsur-unsur.

Perbedaan Mahasiswa Sarjana dan Magister

Mahasiswa sarjana sekedar menerima ilmu pengetahuan dari sumber (dosen) tanpa perlu menjelaskan secara filosofis ilmu pengetahuan tersebut. Mahasiswa magister lebih pada mempertanyakan lebih lanjut filosofis dari masalah.


Perbedaan SD,SMP, SMA, dan Sarjana

Sebagai contoh seorang disuruh untuk mendeskripsikan laut, maka interpretasi orang tersebut akan berbeda-beda jika ;
a.       Seorang SD akan berkata bahwa yang dinamakan laut itu air yang berwarna biru
b.      Seorang SMP akan berkata bahwa yang dinamakan laut yaitu hamparan luas dan bergelombang
c.       Seorang SMA akan berkata bahwa laut itu suatu yang dibatasi daratan, airnya asin, dan terjadi pasang surut
d.      Seorang sarjana akan berkata bahwa laut itu terdiri dari berbagai dinamika didalamnya seperti halnya gelombang dan angin
 
Gedung Magister Studi Pembangunan ITB (doc. http://www.sappk.itb.ac.id/pmsp/)
Dari penjelasan tiap tingkatan orang berdasarkan pendidikan formal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan ia akan semakin bisa menjelaskan komponen-komponen yang merupakan unsur-unsur pembentuk laut dengan tingkat kesulitan yang lebih besar. Tegasnya semakin tinggi pendidikan berarti ia semakin berkompetensi.


Undang-Undang Perguruan Tinggi (UU PT) No. 12 Tahun 2012

Undang-Undang tersebut membahas tiga hal pokok pendidikan ; akademik, profesi, dan vokasi. Istilah akademik mengacu pada universitas/institut yang fokus pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah profesi mengacu pada sekolah setelah pendidikan sarjana yang merupakan persyaratan keahlian khusus. Istilah vokasi mengacu pada program diploma dan politeknik yang menitikberatkan pada keahlian terapan tertentu.

Perbedaaan Integrasi dan Sintesis

Integrasi adalah menggabung-gabungkan suatu konsep dan full-stop (berhenti) tanpa ada kelanjutan selanjutnya, sedangkan sintesis merupakan gabungan dari dua konsep yang menciptakan konsep baru.

Definisi

Definisi masuk dalam ranah logika. Definisi merupakan landasan yang jika digabungkan akan membentuk kesatuan yang utuh. Ia penting karena untuk mendapatkan konvergensi pemahaman. Definisi terdiri dari unsur pembentuk definisi. Sebagai contoh ilmu pengetahuan terdiri dari dua unsur pembentuk yaitu ilmu dan pengetahuan. Sebelum mendefinisikan ilmu, terlebih dulu disinggung definisi dari pengetahuan.

Arti pengetahuan menurut kamus Oxford yang sudah diartikan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 grup yang masing-masing grup terdiri dari beberapa unsur. Masing-masing grup dan unsur harus dapat ditangkap dalam suatu definisi untuk bisa menangkap inti dari definisi tersebut. Dalam arti pengetahuan, grup pertama terdiri dari keahlian dan keterampilan (arti secara terminologi), grup kedua terdiri dari pengalaman, pendidikan, dan praktis pemahaman teoretis (melalui apa pengetahuan didapat), dan grup ketiga terdiri dari fakta dan informasi (apa saja komponen pengetahuan).

Pembangunan dalam konteks teknologi


Definisi pembangunan bisa bermacam-macam tergantung dalam konteks yang dibahas. Pembangunan dalam konteks ekonomi mengandung dua pengertian yakni untung dan rugi. Pembangunan dalam konteks studi pembangunan ITB lebih mengacu pada pembangunan dalam lingkup teknologi dimana tak hanya mengacu sektoral seperti dalam ekonomi melainkan lebih komprehensif (tidak monodimensi). Didalamnya memuat struktur-struktur penyusunnya. Pembangunan ini tidak sekedar manusia sebagai titik acuan melainkan lingkungan yang diharapkan bisa ciptakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

*saat masuk kelas, dosen ini marah karena kursi kuliah yang berada di jajaran depan kosong. Marahnya meledak-ledak, tak ada tedeng aling-aling sampai ada ungkapan "bodoh", "kampus abal-abal", dan "saya profesor" saat dia pertama kali mengajar kelas saya tadi. Dibalik itu semua, beliaulah yang secara detail menjelaskan perbedaan program sarjana dan magister secara mendasar.

Wednesday, April 22, 2015

Pencabutan Subsidi Listrik, Sebuah Pemikiran Berseliweran


Usia Pemerintahan Jokowi-Jk belumlah setahun, namun kebijakan yang dikeluarkan tak lepas dari kontroversi. Satu kebijakan yang patut diperhatikan adalah dicabutnya subsidi listrik. Listrik merupakan sumber energi primer selain Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dimanfaatkan masyarakat industri sampai masyarakat Rumah Tangga. Terlepas dari kontroversinya, dalam tulisan ini penulis akan menggambarkan sepak terjang listrik di republik ini guna dicarikan kebijakan yang tepat terkait permasalahan ini.

Kondisi Pembangkit Listrik Nasional (PLN)

Dalam tulisannya dalam Kompas (23/6/2014), Faisal Basri menceritakan bahwa dalam lima tahun terakhir, kondisi kelistrikan nasional justru kian memburuk. Hampir semua proyek listrik tersendat, bahkan beberapa belum memulai pembangunan fisik seperti pembangkit Asahan dan Batang. Hampir semua proyek pembangkit listrik geotermal tersendat. Demikian pula proyek pembangunan transmisi. Sementara itu subsidi listrik melonjak lebih dari 20 kali sejak 2004 di tahun 2014 kemarin, dari Rp 3 Triliun menjadi Rp 71 Triliun. Padahal, peningkatan APBN hanya empat kali saja, dari Rp 374 pada 2004 Triliun menjadi Rp 1.842 Triliun pada 2014 kemarin (A. Prasetyantoko, Kompas, 15/9/2014).
PLN, perusahaan plat merah yg memonopoli perihal listrik (doc. google)
Kabarnya, target pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan Jokowi-JK sekitar 7 persen. Karena hal inilah produksi listrik harus naik setidaknya 8,5 persen (Basri, 2014). Selain kerugian di atas, PLN juga menderita karena menghadapi ketidakpastian dalam memperoleh pasokan gas dan batubara sehingga harus meningkatkan penggunaan BBM untuk pembangkit listrik yang sebetulnya sudah didesain menggunakan gas dan batubara (Basri, Kompas,8/10/2007).

Cabut Subsidi

Pada tanggal 1 Januari 2015 berdasarkan Permen ESDM No. 31 tahun 2014, pemerintah berencana menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk 12 pengguna, namun rencana tersebut ditunda. Harga TDL kedepan akan disesuaikan dengan harga pasar seperti halnya harga BBM. Menarik untuk ditelusuri apakah yang melandasi pemerintah keluarkan kebijakan demikian.




Posted on Wednesday, April 22, 2015 | Categories: ,

Tuesday, October 07, 2014

India, Gila !

Belajar dari visi besar India dalam kembangkan sains dan teknologi

 Di tengah media nasional ramai menyorot berita terkait disahkannya RUU Pilkada oleh DPR RI, muncul berita mengejutkan dari India. Negara Bollywood ini sukses lakukan misi penerbangan ke Mars yang menjadikannya negara pertama Asia dan keempat di dunia yang mampu mengirim wahana antariksa ke Mars. Gilanya, biaya misi ke Mars India hanya 74 juta dollar, seper sembilan dari proyek serupa yang dilakukan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, NASA.

India rasanya tak henti-hentinya membuat kejutan. Kini beritanya tidak lagi sebuah kecelakaan transportasi, kemiskinan, atau robohnya gedung, melainkan kemajuan sains dan teknologi. Negara yang mayoritas penduduknya beragama hindu ini ternyata memiliki visi besar dalam mengembangkan sains dan teknologi. Adalah Mangalyaan, wahana antariksa buatan putera-puteri India, yang sampai di orbit Mars pada 24 September lalu setelah diluncurkan pada Desember 2013. Suksesnya Mangalyaan, menjadikan India sejajar dengan Amerika Serikat, Rusia, dan Eropa yang lebih dulu melakukan misi serupa. Jepang pernah melakukannya namun gagal.

Prinsip India ; Murah Kualitas Sama

India memang masuk dalam kelompok BRIC yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, dan Tiongkok, namun negara ini masih berkutat dengan masalah kemiskinan. Tetapi bukan namanya India jika terut terlarut dalam permasalahan dalam negeri. Negara ini justru memiliki visi yang jauh lebih besar yang konon hanya dimiliki negara maju. Mangalyaan adalah buktinya. Wahana antariksa India ini sukses mengorbit ke Mars. Kita bersama tahu bahwa teknologi antariksa merupakan teknologi supercanggih yang hanya mampu dikembangkan oleh negara yang memiliki kualifikasi SDM mumpuni dan disertai dukungan politik yang kuat dari pemerintah. Di sini terlihat visi luar biasa besar dari India. India sadar bahwa PDB-nya tidak sebanding dengan Amerika, namun negara ini ingin melakukan hal yang pernah dilakukan Amerika. Solusinya, India menciptakan kreativitas dan inovasi berbiaya murah. Proyek Mangalyaan hanya butuh 74 juta dollar AS. Sementara itu, misi wahana MAVEN yang dijalankan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) menelan biaya sampai 671 juta dollar AS. Sepersembilannya !. Tak hanya itu, biaya misi Mangalyaan juga lebih murah daripada ongkos produksi film Gravity (2013), yakni sebesar 100 juta dollar AS dan juga harga pesawat kepresidenan RI yakni sebesar 89,6 juta dollar AS.[1]

Kualitas Mangalyaan tidak jauh berbeda dengan wahana antariksa yang dibuat oleh tiga negara sebelumnya. Seperti diberitakan Kompas (29/9/2014) bahwa pada Kamis (25/9), Mangalyaan mulai mengirim foto-foto permukaan Mars dari posisinya di orbit. Kamera di wahana itu juga akan memotret dua bulan Mars, Phobos dan Deimos. Semua itu menjadi bukti bahwa India tidak hanya asal mengirim benda buatan manusia ke planet itu, tetapi satelit ilmiahnya juga berfungsi penuh. Kunci dari biaya murah proyek Mangalyaan ini terletak dari ukuran wahana yang kecil. Berat muatannya hanya sekitar 15 kilogram saja. Namun biarpun demikian, India membawa perangkat yang menyasar objek penerbangan paling penting saat ini di Mars, yakni pengukur kadar gas metana di atmosfer planet itu.[2]
 
Mangalyaan siap meluncur ke Mars (doc. ndtv.com)
Penguasaan teknologi antariksa seperti halnya proyek Mangalyaan jelas akan menggairahkan segmen pengembangan teknologi lainnya seperti teknologi satelit yang mampu berperan dalam memantau permukaan bumi dengan beragam tujuan juga komunikasi luar angkasa (deep space communication) yang dapat dimanfaatkan untuk banyak hal misalnya kendali pesawan nirawak (drone) jarak jauh sampai kontrol peluru kendali antarbenua.[3] 

Murahnya biaya perngembangan sains dan teknologi ternyata tak hanya di proyek Mangalyaan saja, berbagai riset teknologi tepat guna India ternyata banyak yang terapkan konsep berinovasi hemat-cerdas. Dalam tulisannya,[4] Iwan pranoto mengisahkan Das Kanak, seorang tak lulus SMA di India yang sukses  membuat energi bagi sepedanya dari gundukan dan lubang di jalan yang tak rata. Inspirasi ini didapatkannya dari jalan berlubang yang selalu dilewatinya dan tak kunjung diperbaiki oleh pemerintah setempat. Setidaknya tiga prinsip yang dapat diambil dari kisah Das Kanak.[5] Pertama, perilaku inovasi ini adalah kaum awam, masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Ini menegaskan bahwa berinovasi bukanlah hak esklusif kaum elite saja. Kedua, tempat berinovasi tidak hanya di labolatorium canggih, tetapi bisa di rumah sederhana di desa. Ketiga, solusi yang dibuat bukan sekadar tambal-sulam sementara, melainkan solusi mendasar permanen, menyeluruh, dan berparadigma baru. Das Kanak tak hanya berfikir "di luar kotak" melainkan juga "menciptakan sebuah kotak baru".

Indonesia Bagaimana ?

Ketika India menghentak dunia dengan keberhasilan ekspedisi ke Mars, Indonesia masih berkutat pada masalah politik dalam negeri. Setelah energi rakyat habis oleh masa Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres), kini masih menyisakan masalah politik lain yang benar-benar menguras energi. Disahkannya RUU Pilkada oleh DPR RI, ditambah lagi dengan pertikaian antarkubu di parlemen menambah ricuhnya perpolitikan nasional. Negara seolah hanya dimiliki oleh para elite dan  lagi-lagi rakyat sekedar sebagai penonton. Rakyat seolah tidak diberikan ruang untuk memimpikan Indonesia di masa depan. Berbeda halnya dengan India. Misi ke Mars memicu generasi muda India untuk bergegas kembangkan sains dan teknologi. Pemerintah India sadar bahwa untuk menjadikan India menjadi negara besar dibutuhkan penguasaan sains dan teknologi.

Di Indonesia, karena energi habis di urusan politik, riset sebagai bagian terpenting dari pengembangan sains dan teknologi seolah berjalan di tempat. Sebagai contoh jurnal internasional. Data scopus sampai 6 Februari 2014 menunjukkan bahwa jumlah publikasi 100 Perguruan Tinggi dan 5 lembaga penelitian negara sejumlah 19.974 buah. Bandingkan dengan satu universitas di Malaysia, Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), yakni sejumlah 16.571 buah. Benar-benar tertinggal jauh.  Banyak hal yang sebabkan bangsa kita tertinggal dengan nagara-nagara lain dalam produktivitas riset. Salah satunya adalah minimnya jumlah peneliti. Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa jumlah peneliti saat ini hanya sekitar 8.000 orang, sedangkan pengajar di lembaga perguruan tinggi dan swasta sekitar 160.000 orang. Fakta tersebut diperkuat laporan Kompas (13/8/2013) bahwa perbandingan jumlah peneliti dengan penduduk di Indonesia mencapai 205 peneliti dari setiap 1 juta jiwa. Perbandingan yang terlampaui besar.

Selain masalah minimnya jumlah peneliti, anggaran riset kita sangat kecil. Data Bank Dunia sebagaimana dikutip oleh Heru Susanto[6] menunjukkan bahwa dana pengembangan riset nasional masih berkisar 0,08 persen dari PDB. Sangat jauh dari angka ideal yang disarankan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), yakni sebesar 2 persen dari PDB. Fakta tersebut diperkuat dengan ungkapan Mendikbud beberapa bulan lalu bahwa alokasi anggaran tahun 2014 untuk pendidikan tinggi (di seluruh Indonesia) hanya Rp 3,2 Triliun. Bandingkan dengan anggaran National University of Singapore (NUS) pada 2013 mencapai Rp 18 triliun. Sangat timpang.

Pelajaran untuk Generasi Muda

Kesuksesan India dalam melakukan misi ke Mars harus mampu menyetrum motivasi generasi muda Indonesia dalam mengembangkan sains dan teknologi di masa mendatang. Kita tidak boleh terus terlarut dalam masalah kontraproduktif seperti halnya isu politik yang terus digoreng oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. India dulu bukan apa-apanya Indonesia, lantas sekarang ? Kita kesalip sekian generasi dalam pengembangan sains dan teknologi. Kita harus bergegas.

Sebagai generasi muda yang akan memegang roda pemerintahan di masa mendatang, kita harus sadar bahwa bangsa ini jauh tertinggal dengan bangsa-bangsa lain dalam hal penguasaan sains dan teknologi. Mulai dari sekarang, mari kita bersama-sama fikirkan bagaimana mengelola Sumber Daya Alam (SDA) mentah sehingga menghasilkan nilai tambah (hilirisasi). Juga tentang bagaimana mengembangkan teknologi tepat guna untuk masyarakat sekitar. Intinya bagaimana kita kedepan mampu mamacu semangat seluruh elemen bangsa agar bergegas kembangkan sains teknologi. Dana minim bukanlah alasan. Generasi kita nanti harus mampu menciptakan rasa optimis seluruh warga Indonesia bahwa bangsa ini layak disebut bangsa besar. Kita dulu pada 1995 pernah bangga dengan proyek pesawat N250, namun setelah tiga tahun berselang nama besar N250 tidak terdengar lagi. N250 adalah masa lalu, kita harus berfikir untuk masa depan. India sudah, tinggal kita !.

Lamongan, 5 Oktober 2014



[1] Kompas, 29 September 2014. Hal 15.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Iwan Pranoto dan  Gautam Kumar Ja, Berinovasi Hemat-Cerdas, Tempo.co, 1 Oktober 2014.
[5] Ibid.
[6] Heru Susanto, Kompas, 5 Agustus 2014.


Daftar Pustaka :
1.      Harian KOMPAS, 29 September 2014. Hal 15.
2.      Susanto, Heru. 2014 . "Momentum Reformasi Riset", KOMPAS, 5 Agustus 2014.
3.      Redaksi Kompas. 2013 . "Minimnya Paten di Indonesia", KOMPAS, 13 Agustus 2013.
4.      Redaksi Kompas. 2013 . "Mundur demi Komersialisasi Paten", KOMPAS, 13 Agustus 2013.
5.      Pranoto, Iwan, Ja, Gautam Kumar,  "Berinovasi Hemat-Cerdas", TEMPO.CO, 1 Oktober 2014.

Posted on Tuesday, October 07, 2014 | Categories: ,