Secara de facto dan de jure bangsa Indonesia mengakui kemerdekaan negeri ini sudah 65 tahun. Waktu yang relatif lama dan cukup untuk membentuk negara yang kuat dan makmur berdasarkan nilai-nilai pancasila. Namun, apa yang terjadi saat ini sangat kontradiksi. Kemiskinan dan pengangguran dimana-mana, biaya pendidikan tinggi, harga bahan pokok naik drastis, remaja-remaja berprilaku amoral dan biadab, korupsi disegala lini dan masalah-masalah krusial bangsa lainnya.
Hal tersebut kalau kita menilik sejarah salah satu penyebabnya adalah pemimpin kita dulu saat membentuk Blok ke-3. Setelah Perang Dunia II, muncullah dua kekuatan besar yakni Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Dua kekuatan besar ini saling beradu dan bermusuhan untuk memperebutkan posisi negara super power alias negara yang paling berpengaruh di dunia. Indonesia yang berstatus mantan negara terjajah bersama mantan negara terjajah lainnya di Asia-Afrika bersatu dan menciptakan Blok ke-3, The New Emerging Forces yang tidak membela kedua blok tadi.
Lambat laun, Blok ke-3 ini mendekat dengan Blok Timur yang cenderung komunis sosialis. Blok Barat pun mendapat dua musuh. Akhirnya Blok ke-3 yang masih lemah dihancurkan dulu oleh Blok Barat pada 1965. Indonesia pun kena imbasnya. Ajaran kapitalisme dan liberalisme perlahan tapi pasti merasuk ke segala sendi kehidupan bangsa ini.
Ajaran tersebut menimbulkan efek yang negatif bagi bangsa ini. Karakter bangsa Indonesia yang semula berlandaskan nilai-nilai pancasila perlahan runtuh oleh budaya dan kebiasaan barat. Sehingga saat ini kita lihat, prostitusi dimana-mana, pornografi dan pornoaksi merambah sampai lingkungan Sekolah Dasar, tawuran antar pelajar dan mahasiswa dan lain sebagainya.
Wartawan Senior Muchtar Lubis, menganalis karakter bangsa dan mengelompokkan menjadi tujuh poin yaitu;
1. Hipokrit, yaitu senang berpura-pura, lain di muka lain di belakang, suka menyembunyikan yang dikehendaki karena takut mendapat ganjaran yang merugikan dirinya.
2. Segan dan enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, putusan dan pikirannya atau sering mengalihkan tanggungjawab tentang sesuatu kesalahan dan kegagalan kepada orang lain.
3. Berjiwa feodalis, senang memperhamba pihak yang lemah, senang dipuji , serta takut dan tidak suka dikritik
4. Percaya pada takhayul dan senang mengkeramatkan sesuatu.
5. Berjiwa artistik dan sangat dekat dengan alam.
6. Mempunyai watak yang lemah, kurang kuat mempertahankan keyakinannya sekalipun keyakinan itu benar dan suka meniru.
7. Kurang sabar, cepat cemburu dan dengki.
![]() |
Tahayul, masih ingat kasus Ponari ? |
Ketujuh karakter tersebut tidak serta merta mewakili seluruh penduduk Indonesia. Akan tetapi cukup mewakili karakter global bangsa ini. Oleh karenanya, kita dapat mengambil kesimpulan sementara bahwa bangsa kita sekarang ini sedang sakit. Entah sampai kapan penyakit ini akan sembuh, hanya Tuhan yang tahu.
Semoga dengan tulisan ini, kita bisa intropeksi dan memperbaiki diri kita masing-masing sehingga nantinya cita-cita kemerdekaan benar-benar terwujud nyata tidak sekedar wacana atau teori.
0 komentar:
Post a Comment