Tuesday, March 22, 2011

KH Ahmad Dahlan


KH Ahmad adalah pendiri persyarikatan Muhammadiyah. Organisasi terbesar kedua di Indonesia yang bertujuan mewujudkan baldatul toyyibatun wa rabbun ghofur, negara yang baik yang dirahmati Allah. Sewaktu kecil, ia bernama Muhammad Darwisy. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga KH Abu bakar yang merupakan seorang ulama dan khatib terkemuka Masjid Gedhe Yogyakarta. Sedangkan ibu beliau adalah puteri dari H Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Yogyakarta pada masa itu.
KH Ahmad Dahlan

Semasa usia 15 tahun ia pergi haji dan tinggal di makkah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam islam, seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Rasyid Ridla dan ibnu Taimiyah. Pada 1903, ia kembali ke Makkah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib bersama KH Hasyim Asyari, pendiri NU. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta.

KH Ahmad dan Muhammadiyah

Tepatnya pada 18 November 1912, KH Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Hal itu didadasari oleh semakin jauhnya masyarakat dari ajaran islam dan saat itu kristenisasi semakin mengejala. Beliau menginginkan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan  beramal menurut tuntunan islam. Saat awal mula pendiriannya, ia mendapatkan tantangan hebat dari masyarakat sana. Surau beliau dirobohin dan beliau dianggap Kyai Kafir yang cenderung dekat dengan kolonial Belanda.
Lambang Muhammadiyah

Tidak hanya dari masyarakat, pemerintah kolonial pun demikian. Saat KH Dahlan mengajuan permohonan badan hukum pada 20 Desember 1912, baru pada 1914 dikabulkan. Badan hukum tersebut hanya berlaku di lingkungan Yogyakarta saja. Biarpun kondisi demikian, Muhammadiyah tetap mengembangkan sayap dakwahnya daerah lain seperti Srandakan, Wonosari dan Imogiri. Cabang-cabang tersebut bukan bernama cabang Muhamadiyah namun bernama layaknya ormas lain seperti Nurul Islam Di Pekalongan, Almunir di Makassar , SATF (Sidiq Amanah Tablih Fathonah) di Solo dan Ahmadiyah di Garut.

KH Dahlan merupakan Kyai yang toleran terhadap umat beragama lain. Beliau kenal dekat dengan Pastur Van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan agama katolik. Saat itu Kyai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.


0 komentar: