Monday, October 10, 2011

sebuah Ironi

Sudah ribuan kata motivasi kuserap. Namun, semua itu hanyalah kerak yang memotivasiku sementara. Tidak ada satupun kata yang benar-benar menjadikan aku teringat ketika aku sedang galau. Mimpi-mimpi yang besar yang kususun pada awalnya akhirnya runtuh karena idealism ini adalah sekedar ucapan kosong. Aku akhirnya merasa kerdil dan cukup bisa berangan-angan. Saat aku melihat foto atau video orang susah aku hanya bisa meratapi dan pesimis bisa membantu mereka.

Inilah ironi seorang manusia yang hidup di lingkungan kompetitif dan berbau kepemimpinan yang kuat. Saat yang lain menunjukkan prestasi dan semangat yang meluap-luap, manusia ini barulah sampai pada angan-angan dan tahap inisiasi. Saat semua bergerak, manusia jenis ini baru merintis rencana. Saat yang lain tertawa, manusia jenis ini juga tertawa namun getir. Manusia yang satu ini mencoba gembira di atas penderitaan.

Aku pernah mencari teman seperjuangan yang senantiasa bisa memotivasi dan saling mengingatkan tapi hasilnya nol besar. Aku tidak bisa menemukannya. Padahal lingkunganku sendiri katanya aktivis islam yang syarat dengan dakwah islamiyah. Aku juga sering share kelemahanku kepada sebagian rekanku tapi hasilnya jauh dari memuaskan. Mereka hanya bisa bilang siap-siap tapi cuma sekedar ucapan yang jauh dari rasa ikhlas.

Saat galau menyerang, justru pikiran pintas yang terlintas. Aku merasa jadi orang biasa itulah pilhan terbaik. Waktu luangku lebih banyak, aku bisa refreshing dan tidak mengerjakan tugas bulanan. Aku juga bisa mengenal teman yang bisa jadi curhatan. Aku sekarang bingung ketika berinteraksi terutama dengan lawan jenis.

Saat galau, aku menginginkan freedom. Aku sadar melakukan hal sia-sia memang dilarang namun kalau hanyalah jalan ini yang bisa mendatangkan semangat gimana lagi.

#ironi-tapi aku ingin tidak seperti itu

0 komentar: