Tukang Kuda tadi sudah tua. Beliau berteduh dibawah pohon
dipertigaan Jalan ganesha dan Jalan Gelap Nyawang. Sambil merokok dan memegang
kuda beliau kuminta untuk wawancara sejenak. Beliau pun menyanggupi dengan
legowonya. Beliau berumur tua kelahiran taon 40-an dengan enam orang anak.
Beliau asli Lembang dengan gigi yang tidak utuh lagi.
Nama beliau unik tapi aku lupa. Beliau kerja dengan kudanya
sejak umur belasan tahun. Kata beliau, pekerjaan ini turun menurun dari
ayahnya. Sudah jadi dinasti kali ya. Beliau tidak menyesali bekerja sebagai
penarik kuda. Bayangkan sehari kadang dapat penghasilan, kadang juga tidak.
Beliau menikmatinya dengan tangan terbuka. “Mau kerja apalagi ?”, ungkap beliau.
Panjang lebar beliau cerita kepada aku. Muka tuanya tampak
kerutan tapi tidak karena kesal dan cemberut. Kadang senyum terlontar dari raut
mukanya saat menjawab pertanyaan. Aku hanya bisa menimpali pertanyaan sembari
merekam pakai BB.
Ajaran Bersyukur
Segala pekerjaan yang kita geluti sehari-hari akan menjadi
momok, juga menjadi kebahagiaan. Kita pastinya mengharapkan kebahagiaan dalam
setiap kinerja kita. Kunci dari bahagia hanyalah memperbanyak bersyukur. Kita
yang notabene berstatus mahasiswa apapun jurusannya toh bisa makan dan belajar,
ini hal yang patut bersama kita syukuri. Bapak tukang kuda aja dengan gaji yang
tidak menentu serta dibebani dengan keluarga banyak anak masih bisa menikmati
hidup, apalagi kita ?. Kita seharusnya lebih bisa .
Inti semuanya adalah syukur. Syukur atas nikmat Tuhan yang
diberikan kepada kita. Lawan syukur itu sombong. Buang jauh-jauh kesombongan
dalam diri kita. Sombong itu menutup hati suci kita. Dengan banyak bersyukur,
kebahagiaan akan muncul kedalam diri pribadi kita. Hidup di dunia akan terasa
indah apapun keadaannya.
0 komentar:
Post a Comment