Tinggal beberapa hari lagi saya akan menikmati tingkat 4,
yang paling senior di ITB. Sudah tiga tahun lamanya saya menikmati liburan
panjang, liburan semester genap selama 3 bulan. Namun, selama ini saya belum
pernah menggunakan waktu yang panjang tersebut untuk pulang dan bercengkerama
di rumah dengan orangtua dan saudara. Sedih memang, namun ini adalah pilihan
yang serius bagi saya.
Liburan panjang semester-2, saya malah ikutan Latihan
Kepemimpinan V ITB kemudian dilanjutkan dengan Pekan Kepemimpinan Nasional
PPSDMS, dan dilanjutkan dengan Ospek jurusan HIMATIKA ITB. Seingat saya, saya
habiskan waktu di rumah (akumulasi) Cuma dua minggu. Sangat singkat.
Liburan panjang semester-4, saya kebetulan menjadi peserta
PPSDMS, asrama mahasiswa yang fokus pada pengembangan SDM strategis. Saya ikut
role yang ada dan pulang ke rumah tak lebih dari dua minggu. Saat ini adalah
liburan panjang semester-6, semenjak liburan panjang digulirkan saya sampai
sekarang, saya baru pulang hampir dua bulan yang lalu dan cuma lima hari.
Biarpun sudah tidak di asrama, saya menyibukkan diri di pembuatan majalah di
kampus. Semester Pendek tidak saya ambil, saya ingiin fokus di majalah. Alhasil,
majalah beberapa hari kedepan akan naik cetak, full color, dengan 1000
eksemplar.
Pelajaran Liburan Semester-6
Saya belum habisin liburan panjang ini untuk berlibur
kemana-mana kecuali ke Pangandaran bersama temen-temen asrama sebagai
perpisahaan. Selama lima hari saya di rumah, saya hanya berkutat di Lamongan,
ketemu dengan teman-teman dan saudara yang kebetulan ada yang sedang menikah.
Namun, saya dapatkan pelajaran yang luar biasa di Bandung.
Untuk pertama kalinya saya mengonsep sebuah majalah dengan
cukup sempurna. Saya tipikal manusia perfeksionis harus bekerja ekstra untuk
hasilkan majalah yang berkualitas. Tenaga saya curahkan sepenuhnya untuk
majalah. Saya merangkap Pemimpin Redaksi, Marketing, Seeker layouter dan
sekaligus Pemimpin Umum. Saya kerjakan dengan penuh harapan dan keyakinan.
Saya mewawancarai Pak Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika,
dua kali. Wawancara pula dengan Rektor dan Juga Pembantu Rektor bidang
akademik, Pak Kadarsah. Bertemu Fadjroel Rachman dikantornya, wawancara
langsung dengan Hatta Rajasa, ikut diskusi dengan guru besar ITB di common
room, ikut berbagai seminar dan pelatihan entrepereneur, berkunjung ke Jumhur
Hidayat, kepala BNP2TKI, interaksi dengan Humas Kementrian Perekonomian untuk
dapatkan sponsorship, jalan kesana-kemari tuk ajukan sponsor tapi nihil hasil,
bertemu Pak Tisna Sanjaya, dosen pembimbing unit, di rumahnya, menyimak dari dekat
sambutan Mendikbud RI, Muh. Nuh, ikut seminar kebangsaan Dahlan iskan, apply
berbagi international conference, dan lain sebagainya. Pengalaman ini pastinya
tidak akan saya dapatkan kalau hanya sekedar stay di rumah.
Saya bukan elit kampus, namun pengalaman saya selama ini
cukup lumayan untuk dijadikan modal semester depan tuk berkiprah lebih jauh di
dunia akademis dan kemahasiswaan. Buku “habibie&Ainun” yang telah saya
khatamkan di Gramedia cukup tuk dijadikan role model dalam setiap aktivitas
saya nantinya ; percintaan, visi jangka panjang, dan dunia akademis. Saya tidak
kecewa sedikitpun, saya enjoy saja biarpun mungkin ada yang mencibir saya.
Pekerjaan Saya selanjutnya adalah membuat mimpi bersama “ITB
For 2045” saat Indonesia berusia 100 Tahun. Saya ingin mengimplementasikan
rencana besar saya tuk menggaet
kawan-kawan tuk bersama-sama memformulasikan mimpi ini karena di tahun
2045, generasi saya akan memimpin bangsa ini. Moga Allah memberi kemudahan.
Amiin
Sunken Court E-04
0 komentar:
Post a Comment