Thursday, May 16, 2013

Menyikapi Kekalahan

Euforia Pemilu Raya KM ITB berakhir di proses perhitungan suara referendum semalem sekitar pukul 23.00 WIB. Terpilihlah Nyoman Anjani (MS 09) sebagai ketua Kabinet KM ITB dan juga Derian (TM 09) sebagai Wakil Mahasiswa di Majelis Wali Amanat ITB. Sementara Yorga Permana (MRI 09) dan Aku harus legowo menerima kekalahan sebagai calon K3M dan MWA-WM.

Setidaknya ada beberapa pengalaman yang sangat berharga bagiku di pencalonan MWA-WM ini.  Pertama, Untuk pertama kalinya aku membaca konsepsi dan AD ART KM ITB secara teliti dan detail. Aku jadinya mengerti mengapa MWA-WM harus tetap ada, karena di konsepsi tertera jelas posisi dan peran MWA-WM. Biarpun di struktural ITB saat ini dihapuskan dan diganti dengan Advisory Board. Kedua, Untuk pertama kalinya aku menjalani hearing dengan massa kampus. Sebelum pencalonanku, aku hanya berkutat di sekitar unitku di Sunken. Interaksiku dengan kawan-kawan himpunan dan unit lain adalah ketika ada forum penentuan sikap politik seperti kenaikan harga BBM dan kasus gerbang belakang, Ketiga, Aku sudah siapkan segala instrumen ketika aku terpilih menjadi MWA-WM. Link sudah kubuka dengan senior MWA-WM, Briliandaru (EL 08) dan Rausyan Fikri (EL 07). Juga dengan Dr. Intan Achmad (Senat Akademik) dan Prof. Kadarsah Suryadi (Rektorat). Aku juga sudah siapkan Tim MWA-WM yang nantinya membantuku. Tiga orang sudah fix siap membantu yaitu Ridwan (MA 09) sebagai calon Manajer Aspirasi TPB, Khoirul (SITH 2012) sebagai calon Manajer Aspirasi Jatinangor, dan Nina Nurrahmawati (PL 11) sebagai calon Sekretaris Jenderal. Untuk Nina, bahkan sudah kuajak di forum diskusi seputar UU PT di kampus Unpad Jatinangor selasa (14 Mei 2013) lalu. Selain itu calon anggota Tim lain yang masuk dalam bidikanku adalah anggota Tim 21 Advokasi Gerbang Belakang dan juga kawan dari asramaku. Bidikanku adalah kawan 2010 yang aku harapkan bisa menjalankan MWA-WM ini setelah aku tidak menjabat lagi. Keempat, Aku lakukan gerakan pencerdasan ke massa kampus seputar kondisi MWA-WM. Aku tidak mengkampanyekan diri. Sama-sekali tidak. Saat massa pra pemungutan suara, aku mengunjungi beberapa himpunan dan unit untuk menerangkan kondisi MWA-WM. Aku jadinya tau tentang program afirmasi Papua yang mengalami kendala besar, juga ada unit yang sama sekali tidak merasakan keberadaan KM ITB. Kelima, Pertama kali aku berpidato depan massa kampus. Tepatnya pasca pengumuman pemenang referendum kali ini. Dengan gayaku, aku sampaikan pidatoku yang relatif random dan tidak tertata dengan semangat berapi-api seperti saat aku di-hearing. Keenam, belajar dari kesolidan Tim Nyoman. Nyoman menang bukan perkara karena dia jago, tapi dia memiliki Tim yang sangat Solid seperti Taruna, Mario, Rey, Topan, Mita, dan sebagainya. Disamping itu, Nyoman didukung oleh kekuatan politik yang cukup besar yakni dukungan anak-anak PSIK. Aku jadinya tidaklah kaget sama sekali. Ketujuh, massa HIMATIKA yang luar biasa mendukungku. Di TPS HIMATIKA aku menang telak dengan selisih 100 suara lebih dengan Derian. Tidak cukup dukungan suara, bahkan saat hearing pun, kawan-kawan HIMATIKA berikan dukungan moril. Luar biasa. Bahkan ketika aku nongkrong di himpunan, kawan-kawan HIMATIKA sampaikan dukungan ke aku. Terima kasih sekali khususnya buat Insan, Jayus, Ojan, Bimo, dan Husein.

Kembali ke Aktivitas Semula

Bagiku, sedikitpun aku tidaklah kecewa dengan hasil ini. Aku bisa belajar banyak hal. Aku tidak tau akan terlibat dalam kemahasiswaan pusat atau tidak. Aku masih sangat bisa jalankan gerakanku dengan teman-teman yakni mengajar matematika anak-anak usia SD di kampung dekat kosanku dan juga aktif mengkaji dan diskusi di unitku, Majalah Ganesha ITB. Juga diskusi dengan kawan-kawan himpunan di HIMATIKA Learning Club. Bagiku hidup adalah untuk kebermanfaatan seperti pesan Ibuku ketika setiap kali menelpon aku.

Penutup

Semalem sembari menunggu perhitungan suara, aku sempat ngobrol dengan Emil (IF 09) dan Cungut (TERRA 09) seputar kemahasiswaan. Jajaran KM ITB sampai saat ini belum mampu membentuk gerakan satu ITB. Jajaran KM ITB barulah sampai pada tingkatan Event Organizer yang handal dan jago kandang. Pemrakarsa gerakan eksternal baru sebatas wacana. Secara keseluruhan, political will satu KM ITB alami degradasi yang cukup akut. Jajaran KM ITB (Kongres, Kabinet, MWA-WM , dan Tim Beasiswa) harus sadar betul akan masalah ini. Langkah taktis bisa dilakukan yaitu dengan langsung turun ke grass-root. Kunjungi langsung massa kampus secara konsiten setiap malam. Bangun hubungan emosional satu KM ITB. Tularkan gagasan untuk bergerak satu KM ITB. Selain itu, dibarengi dengan pemberian tugas kepada tiap himpunan untuk adakan kajian tentang bidangnya secara rutin dan hasilnya ditulis. Tugas ini sifatnya wajib dan dipantau keberjalanannya langsung oleh Kabinet KM ITB. Dengan demikian diharapkan tercipta masyarakat akademis yang kritis dan sudi akan permasalahan bangsa.


0 komentar: