Euforia Pemilu
Raya KM ITB berakhir di proses perhitungan suara referendum semalem sekitar
pukul 23.00 WIB. Terpilihlah Nyoman Anjani (MS 09) sebagai ketua Kabinet KM ITB
dan juga Derian (TM 09) sebagai Wakil Mahasiswa di Majelis Wali Amanat ITB.
Sementara Yorga Permana (MRI 09) dan Aku harus legowo menerima kekalahan
sebagai calon K3M dan MWA-WM.
Setidaknya ada
beberapa pengalaman yang sangat berharga bagiku di pencalonan MWA-WM ini. Pertama,
Untuk pertama kalinya aku membaca konsepsi dan AD ART KM ITB secara teliti dan
detail. Aku jadinya mengerti mengapa MWA-WM harus tetap ada, karena di konsepsi
tertera jelas posisi dan peran MWA-WM. Biarpun di struktural ITB saat ini
dihapuskan dan diganti dengan Advisory
Board. Kedua, Untuk pertama
kalinya aku menjalani hearing dengan
massa kampus. Sebelum pencalonanku, aku hanya berkutat di sekitar unitku di
Sunken. Interaksiku dengan kawan-kawan himpunan dan unit lain adalah ketika ada
forum penentuan sikap politik seperti kenaikan harga BBM dan kasus gerbang
belakang, Ketiga, Aku sudah siapkan
segala instrumen ketika aku terpilih menjadi MWA-WM. Link sudah kubuka dengan
senior MWA-WM, Briliandaru (EL 08) dan Rausyan Fikri (EL 07). Juga dengan Dr.
Intan Achmad (Senat Akademik) dan Prof. Kadarsah Suryadi (Rektorat). Aku juga
sudah siapkan Tim MWA-WM yang nantinya membantuku. Tiga orang sudah fix siap membantu yaitu Ridwan (MA 09)
sebagai calon Manajer Aspirasi TPB, Khoirul (SITH 2012) sebagai calon Manajer
Aspirasi Jatinangor, dan Nina Nurrahmawati (PL 11) sebagai calon Sekretaris
Jenderal. Untuk Nina, bahkan sudah kuajak di forum diskusi seputar UU PT di
kampus Unpad Jatinangor selasa (14 Mei 2013) lalu. Selain itu calon anggota Tim
lain yang masuk dalam bidikanku adalah anggota Tim 21 Advokasi Gerbang Belakang
dan juga kawan dari asramaku. Bidikanku adalah kawan 2010 yang aku harapkan
bisa menjalankan MWA-WM ini setelah aku tidak menjabat lagi. Keempat, Aku lakukan gerakan pencerdasan
ke massa kampus seputar kondisi MWA-WM. Aku tidak mengkampanyekan diri.
Sama-sekali tidak. Saat massa pra pemungutan suara, aku mengunjungi beberapa
himpunan dan unit untuk menerangkan kondisi MWA-WM. Aku jadinya tau tentang
program afirmasi Papua yang mengalami kendala besar, juga ada unit yang sama
sekali tidak merasakan keberadaan KM ITB. Kelima,
Pertama kali aku berpidato depan massa kampus. Tepatnya pasca pengumuman
pemenang referendum kali ini. Dengan gayaku, aku sampaikan pidatoku yang
relatif random dan tidak tertata dengan semangat berapi-api seperti saat aku
di-hearing. Keenam, belajar dari kesolidan Tim Nyoman. Nyoman menang bukan
perkara karena dia jago, tapi dia memiliki Tim yang sangat Solid seperti
Taruna, Mario, Rey, Topan, Mita, dan sebagainya. Disamping itu, Nyoman didukung
oleh kekuatan politik yang cukup besar yakni dukungan anak-anak PSIK. Aku
jadinya tidaklah kaget sama sekali. Ketujuh,
massa HIMATIKA yang luar biasa mendukungku. Di TPS HIMATIKA aku menang telak dengan
selisih 100 suara lebih dengan Derian. Tidak cukup dukungan suara, bahkan saat hearing pun, kawan-kawan HIMATIKA
berikan dukungan moril. Luar biasa. Bahkan ketika aku nongkrong di himpunan,
kawan-kawan HIMATIKA sampaikan dukungan ke aku. Terima kasih sekali khususnya
buat Insan, Jayus, Ojan, Bimo, dan Husein.
Kembali ke
Aktivitas Semula
Bagiku,
sedikitpun aku tidaklah kecewa dengan hasil ini. Aku bisa belajar banyak hal.
Aku tidak tau akan terlibat dalam kemahasiswaan pusat atau tidak. Aku masih
sangat bisa jalankan gerakanku dengan teman-teman yakni mengajar matematika
anak-anak usia SD di kampung dekat kosanku dan juga aktif mengkaji dan diskusi
di unitku, Majalah Ganesha ITB. Juga diskusi dengan kawan-kawan himpunan di HIMATIKA Learning Club. Bagiku hidup
adalah untuk kebermanfaatan seperti pesan Ibuku ketika setiap kali menelpon
aku.
Penutup
Semalem sembari
menunggu perhitungan suara, aku sempat ngobrol dengan Emil (IF 09) dan Cungut
(TERRA 09) seputar kemahasiswaan. Jajaran KM ITB sampai saat ini belum mampu membentuk
gerakan satu ITB. Jajaran KM ITB barulah sampai pada tingkatan Event Organizer yang handal dan jago
kandang. Pemrakarsa gerakan eksternal baru sebatas wacana. Secara keseluruhan, political will satu KM ITB alami
degradasi yang cukup akut. Jajaran KM ITB (Kongres, Kabinet, MWA-WM , dan Tim
Beasiswa) harus sadar betul akan masalah ini. Langkah taktis bisa dilakukan yaitu
dengan langsung turun ke grass-root.
Kunjungi langsung massa kampus secara konsiten setiap malam. Bangun hubungan
emosional satu KM ITB. Tularkan gagasan untuk bergerak satu KM ITB. Selain itu,
dibarengi dengan pemberian tugas kepada tiap himpunan untuk adakan kajian
tentang bidangnya secara rutin dan hasilnya ditulis. Tugas ini sifatnya wajib
dan dipantau keberjalanannya langsung oleh Kabinet KM ITB. Dengan demikian
diharapkan tercipta masyarakat akademis yang kritis dan sudi akan permasalahan
bangsa.
0 komentar:
Post a Comment