Catatan Seorang Mahasiswa
Sebuah Kritikan untuk
Pergerakan Kabinet #yukbergerak KM ITB 2013/2014
![]() |
Nyoman Anjani di depan papan catur (sumber gambar : http://www.itb.ac.id/gallery/3934) |
Para Pemimpin Muda Indonesia,
Perkenalkan, namaku Nyoman
Anjani, dari Himpunan Teknik Mesin ITB angkatan 2009.
Gerakan #yukbergerak ini pada
mulanya tercetus dari hal yang sederhana : kesadaran.
Kesadaran bahwa kita adalah kaum muda di kampus ini dan kita pula-lah yang
harus bisa menjadi solusi permasalahan generasi
muda saat ini.
Permasalahannya sederhana : bahwa
sudah tidak banyak lagi kaum muda di kampus ini yang mau menyentuh lagi
masyarakat secara langsung. Tidak banyak
lagi yang mau mencintai alam dan lingkungan sekitar, ataupun menjadi pemimpin
bagi kaumnya, seperti dengan mengkritisi pemimpin-pemimpin berkuasa di negri
kita saat ini dan menjadi bagian solusi dari permasalahan yang ada di sekitar
kita.
Ya, kita sadar, kaum muda sudah
semakin enggan untuk bergerak keluar dari zona nyamannya.
Aku bergerak disini dengan satu
tujuan :
Aku ingin menyuarakan kembali
bahwa kita adalah kaum muda yang semestinya dapat menciptakan kembali suatu
budaya positif yang saya sebut sebagai budaya
kaum muda. Budaya kaum muda atau Youth
Culture, yang mana budaya ini saya bagi menjadi 3 aspek utama, 3 budaya
kaum muda yang semestinya dapat kembali menjadi hal yang keren untuk generasi
muda seumuran kita :
- BUDAYA
KAUM MUDA SEBAGAI PEMIMPIN MUDA : Leader-Culture
Budaya agar kaum muda berani
untuk menjadi PEMIMPIN di usia MUDA, bergerak mencari solusi, dan juga aktif
mengawasi& mengkritisi pemerintahan RI,
- BUDAYA
KAUM MUDA DEKAT BERSAMA RAKYAT : Socio-culture
Budaya agar kaum muda kembali mau
menyentuh-berinteraksi-dan membangun masyarakatdi sekitar kita,
- BUDAYA
KAUM MUDA DEKAT BERSAMA ALAM : Eco-culture
Budaya agar kaum muda kembali mau
menyentuh-mencintai-dan melestarikan alam dan lingkungan-serta menjaga SDA
Indonesia.
Hal inilah yang membedakan gerakan ini dengan gerakan-gerakan yang
sebelumnya sudah ada seperti gerakan sociopreneur,
community development, kabinet
merangkai titik temu, ataupun gerakan-gerakan lainnya yang dibawa kabinet
sebelumnya. Sebuah gerakan yang baru, sebuah gerakan yang segar, sebuah
gerakan yang tidak kehilangan identitas mudanya tetapi tetap sarat dengan makna
:
BELIEVE - CARE - INSPIRE
Kata-kata sederhana yang
merangkum apa yang aku bawa dengan gerakan #yukbergerak ini. Sebuah gerakan
dimana kaum muda diajak untuk bermimpi. Bermimpi bukan hanya untuk anak mudanya
sendiri, tapi untuk kampusnya, untuk lingkungannya, bahkan untuk bangsanya, dan
akhirnya bergerak karena BELIEVE - CARE - INSPIRE. Bahwa sekarang saatnya kita
percaya bahwa mimpi itu bisa kita realisasikan, bahwa anak muda dengan cara
anak mudanya yang khas bisa bergerak, menyentuh masyarakatnya dan berbuat
sesuatu. Berani untuk berbagi, berani untuk peduli. To care and to inspire.
Sebuah ajakan untuk bermimpi,
sebuah ajakan untuk berani.
Berani percaya, berani berbagi,
berani untuk peduli, dan berani merealisasikannya.
Sebuah ajakan untuk bergerak.
Bahwa kita kaum muda ada dan masih peduli.
OLEH KARENA ITU SAHABAT-SAHABATKU
YUK BERGERAK ! KARENA KITA
PEMIMPIN MUDA ! KITA PEMIMPIN BANGSA !
Nyoman Anjani
Calon Presiden Keluarga Mahasiswa
ITB 2013/2014
(sumber :
yukbergerak.com)
Paragraf diatas adalah sambutan
Nyoman Anjani yang diunggah di web resmi tim pemenangan, yukbergerak.com,
sebelum resmi menjabat Ketua Kabinet KM ITB 2013/2014 pada 20 Mei 2013 lalu.
Kita memperhatikan dengan seksama bahwa ajakan #yukbergerak berawal dari kegelisahan
akan kondisi kemahasiswaan ITB yang tidak cakap menangkap dan jeli dengan
permasalahan bangsa. Nyoman sangat berharap bahwa kesadaran akan peran
mahasiswa sebagai Pemimpin Muda itulah yang melandasi untuk bergerak dengan
total, ikhlas, dan tuntas.
Realita Pergerakan
Ajakan #yukbergerak yang
terus-menerus didengungkan oleh Nyoman di Tim di masa kampanye perlu kita
cermati bersama keberjalannya. Apakah ada hal baru yang telah dilakukan oleh
Nyoman setelah lima bulan resmi menjabat sebagai ketua Kabinet KM ITB. Kita
mulai dari asumsi dasar Nyoman tentang mahasiswa ITB. Nyoman berhipotesis bahwa
mahasiswa ITB tidak banyak yang mau mencintai alam dan lingkungan sekitar,
ataupun menjadi pemimpin bagi kaumnya [1].
Berawal dari asumsi dasar itulah
Nyoman selama menjabat sebagai ketua kabinet selama kurang lebih sepuluh bulan
ingin setidaknya menguatkan asumsi dasar tersebut kemudian membuat gerakan
untuk mengubah perlahan dengan gerakan yang sama sekali baru yang memiliki impact yang besar bagi mahasiswa ITB.
Namun, apakah gerakan yang dilakukan akan menimbulkan kesadaran seperti yang
diharapkan ?
Ekspedisi Pelita Muda belum bisa
diukur kesuksesannya kerena belum berlangsung. Namun, mari kita tengok dengan
pergerakan politik Kabinet KM ITB selama lima bulan terakhir ini. Teringat
dalam benak saya ada dua pergerakan yang sempat sering diperbincangkan di
himpunan. Pertama, G30S/KPK "Century". Gerakan
ini dilakukan di bulan Lalu, September 2013. Gerakan ini dilakukan untuk
menuntut janji KPK selesaikan Kasus Century yang telah bergulir sejak 2008. Seperti
biasa, Kabinet KM ITB adakan sosialisasi dan kajian pencerdasan bersama
himpunan-himpunan di ITB baru kemudian baru dilakukan aksi. Upaya pencerdasan
gagal. Batas minimal aksi yang diputuskan kongres KM ITB tidak dipenuhi [2]. Aksi
boleh dilakukan asalkan tidak membawa nama KM ITB (jaket almamater wajib
dilepas). Aksi pun tetap dilakukan di depan Gedung KPK oleh segelintir
mahasiswa ITB yang tergabung bersama BEM Seluruh Indonesia (BEM SI). Kedua, Gerakan 9 Tahun SBY. Cara serupa
dilakukan untuk gerakan ini. Hanya saja demonstrasi tidak diadakan. Kabinet KM
ITB tidak bergabung dengan BEM Bandung Raya maupun BEM SI untuk adakan
demonstrasi. Sikap Kabinet KM ITB disampaikan sikap lewat akun twitter @KM_ITB dengan
harapan besar Presiden SBY mendengar tuntutan dan kritikan mahasiswa ITB. Sebagai kritikan atas lambannya pergerakan Kabinet KM ITB diatas, Himpunan
Mahasiswa Sipil (HMS) ITB memajang bunga papan bertuliskan "Turut Berduka Cita Atas Gagalnya Eskalasi Isu Century dan 9 Tahun SBY". Sedangkan sikap himpunan lainnya saya tidak tahu. Apakah aspirasi yang dilontarkan Kabinet KM ITB demikian didengar oleh KPK dan SBY ?
Mustahil !
![]() |
Sikap Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) ITB terkait lambannya Kabinet KM ITB dalam mengawal Isu Century dan 9 Tahun SBY (doc. @ganecapos) |
Berkaca pada dua gerakan diatas,
sudah maksimalkah gerakan politik Kabinet KM ITB saat ini ? Membaca asumsi
dasar dan harapan yang luar biasa besar dari gerakan #yukbergerak, jawaban saya
tidak sama sekali. Gerakan yang selama ini dilakukan hanyalah mengulang
kesalahan masa lalu. Gerakan yang menurut saya biasa saja, bahkan cenderung
dipaksakan. Saya menilai gerakan ini adalah gerakan pemenuhan program kerja
yang targetannya tidak jelas. Tidak ada capaian khusus untuk gerakan yang
merupakan perwujudan wajah mahasiswa ITB di masyarakat. Gerakan ini tidak punya
roh karena kesadaran individu bagi para pengkajinya belum terbangun. Kesadaran
timbul karena pemahaman yang mendalam akan masalah yang diangkat. Forum
pencerdasan yang hanya beberapa hari sebelum penuturan sikap mustahil akan bisa
mencerdaskan. Mustahil !
![]() |
KM ITB sebagai wadah pergerakan mahasiswa ITB (sumber gambar : http://ima-g.ar.itb.ac.id/ima-g/?p=549) |
#yukmengkaji Sebagai Solusi
Kesadaran itu tidak tumbuh secara
pintas hanya dengan beberapa hari diskusi. Kesadaran itu tumbuh akibat kultur
yang sudah berjalan secara konsisten. Kesadaran untuk bergerak lahir hanya
karena kultur mengkaji sudah terbentuk. Mahasiswa terbiasa untuk berdiskusi
terkait permasalahan bangsa dan disertai
juga dengan terjun langsung di lapangan. KM ITB itu berbasiskan
himpunan-himpunan. Gerakan diskusi rutin tiap himpunan belum pernah dicanangkan
Kabinet KM ITB sebagai gerakan kultural. Kalaupun ada, Diskusi himpunan-himpunan
bergerak secara sporadis tanpa adanya kontrol dari Kabinet KM ITB sehingga
arahnya acak tidak satu titik.
Kata Kajian sejauh penulis amati
mendapat konotasi buruk. Kajian dipandang sebagai sesuatu yang berat dan tidak
pop. Kajian sarat akan isu sosial, ekonomi, dan politik yang sangat membosankan
dimana sangat jauh dengan disiplin science,
teknologi, dan seni yang unggul dipelajari di kampus ITB. Benarkah hal itu ? Saya
rasa tidak benar. Saya memandang bahwa kajian adalah metode belajar. Belajar sejatinya
adalah budaya mahasiswa. Kajian tiap himpunan difokuskan di disiplin ilmu yang
dipelajari. Misalkan saja Himpunan Matematika (HIMATIKA) ITB bisa mengkaji
terkait kampanye ke masyarakat bahwa Matematika Itu menyenangkan. Matematika
tidak sekedar ilmu hitung dengan rumusnya yang sangat banyak untuk dihafal.
Bisa juga mengkaji terkait kebijakan pendidikan Indonesia yang mencederai
murid-murid di Indonesia dengan pelaksanaan Ujian Nasional dan sebagainya. Saya
sangat yakin bahwa tiap himpunan pasti dapat mengidentifikasi masalah di
bidangnya masing-masing.
Saya membayangkan ketika Himpunan
Mahasiswa Metalurgi (IMMG) mengkaji nilai keekonomian Logam Tanah Jarang yang
sejauh ini belum termanfaatkan di
Indonesia, Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (MTI) mengkaji terkait KTT APEC
2013 sebagai kepanjangan tangan dari Bogor
Goals di KTT APEC 1994 yang sarat akan liberalisasi, Himpunan Mahasiswa
Oseanografi (HMO) dan Himpunan Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL) membahas
terkait Indonesia sebagai negara maritim, dan seterusnya. Tugas Kabinet KM ITB
memastikan keberjalanan kultur diskusi tiap himpunan serta memberikan tema
besar kajian tiap himpunan misalnya tentang Kemandirian Bangsa. Kabinet KM ITB
tidak lepas tangan menyerahkan begitu saja sikap terkait permasalahan bangsa ke
himpunan tertentu tetapi melalui mekanisme pembahasan semua himpunan yang
metodenya bisa berbagai macam. Dialektika akan terbangun, solusi yang muncul
pada akhirnya dibangun berdasarkan kesadaran. Sekali lagi kesadaran !
Sikap pada akhirnya apakah harus
demo ? Tidak harus jika memang ditemukan solusi terbaik pengganti aksi turun ke
jalan. Sampai sekarang menurut saya aksi turun ke jalan sebagai solusi
satu-satunya yang bisa dilakukan selain audiensi dengan pihak terkait. Banyak
orang bilang aksi turun ke jalan sudah usang, namun jika kita tanya lebih jauh
ke pihak terkait solusinya apa maka Ia akan bungkam seribu bahasa. Sikap demikian
memang sedang menginggapi kita. Harapan saya melalui kultural mengkaji ini
tercipta pergerakan yang punya roh, yang dijiwai oleh kesadaran total untuk
bergerak. Aksi turun ke jalan yang heroik tanpa harus dikomandoi oleh pihak
lain. Kabinet KM ITB berani bergerak sendiri untuk menyuarakan aspirasinya ke
pemerintah. Juga bisa pula mengajak BEM lain untuk bergabung. Intinya, Kabinet
KM ITB sebagai Pemimpin. Menjadi Leader
! Menjadi Bung Karno Baru !
Mau Belajar ke Siapapun
Sikap Legowo (menerima) menurut saya masih susah dimiliki oleh tiap
entitas golongan di ITB. Pihak yang menang dalam Pemira sama sekali tidak sowan
ke pihak yang kalah. Begitu pula sebaliknya. Kubu-kubu terbentuk. Akibatnya
saling menutup diri dan merasa paling benar. Kekhawatiran saya demikian. Namun,
saya berharap besar sekali di Kabinet Nyoman mau belajar ke siapapun. Biarpun
sudah lima bulan Nyoman menjabat, masih ada lima bulan lagi untuk terus
memperbaiki.
Para veteran 2009 memiliki forum
terbuka rutin dilakukan tiap pekan di Sunken Court. Sangat membuka sekali
Kabinet #yukbergerak untuk belajar di dalamnya bila dianggap perlu. Intinya
saya mengharapkan sekali Nyoman dan jajarannya menyadari akan kekurangan
beberapa bulan menjabat dan mau belajar.
Akhirnya saya menutup tulisan ini
dengan Satu Pesan Bung Karno :
"Perjuanganku lebih mudah
karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan
bangsamu sendiri"
Uruqul
Nadhif Dzakiy
Mahasiswa Matematika
ITB
[1] Lihat Kutipan pidato Nyoman
di paragraf empat di atas
[2] Keputusan Kongres bahwa batas
minimum aksi atas nama KM ITB dihadiri oleh minimum 10 orang diluar Badan
Pengurus Kabinet KM ITB realitanya
mahasiswa ITB yang akan ikut aksi hanya berjumlah 7 orang di luar kabinet Kabinet KM ITB
2 komentar:
satu kata: setuju :)
satu kata: sepakat :) -T. Metalurgi ITB 09-
Post a Comment