![]() |
suasana osjur salah satu himpunan di ITB |
Orientasi Jurusan atau lebih dikenal
dengan "Osjur" merupakan kegiatan rutin tahunan yang dijalankan oleh
tiap himpunan di ITB. Pesertanya adalah mahasiswa jurusan baru yang pada umumnya
adalah mahasiswa tingkat II di ITB. Osjur adalah proses pengkaderan resmi calon
anggota himpunan. Panitianya tidak lain adalah anggota himpunan yang
"terlantik" dan pastinya pernah mengikuti Osjur. Osjur dijalankan
secara variatif dan bergantung pada kepentingan himpunan saat itu. Bisa jadi
dua minggu cukup, atau bahkan bisa berbulan-bulan. Menjadi kader himpunan
militan adalah tujuan utama dari osjur ini. Kurikulum didesain sedemikian
hingga oleh Mamed (Materi Metode) Panitia Ospek Jurusan. Hampir semua himpunan
mem-bold Osjur sebagai agenda utama mereka
dalam satu periode kepengurusan himpunan. Panitia pun dipersiapkan dengan
sungguh. Pelatihan-pelatihan kepanitiaan pun diadakan.
Osjur masuk dalam wahana edukasi.
Hal ini berarti, Osjur merupakan sarana pendidikan yang tersistem. Pendidikan
abad 21 menuntut tiap peserta didik menjadi pribadi yang mampu belajar mandiri
bisa diartikan pribadi yang merdeka. Pikiran-pikirannya tidak terbelenggu oleh
berbagai pengetahuan baru yang didogmakan. Ia tidak melecehkan pikirannya hanya
dengan mengikuti arahan-arahan yang nirnalar. Osjur pada dasarnya untuk
mencapai itu. Hal konkret yang terlihat dari suksesnya Osjur yakni daya kritis
peserta osjur, mampu membuat gebrakan dan inovasi baru di himpunan. Jika
dibahasakan secara halus, Osjur dilaksanakan untuk membentuk kader himpunan yang
militan.
Kontradiksi di Proses
Pendidikan Osjur sejatinya
menghilangkan kesenjangan antara peserta dan panitia, namun pada pelaksanaannya
justru tidak. Osjur membentuk gap
antara senior dan junior. Panitia memposisikan dirinya sebagai para raja yang
secara tidak langsung harus disapa "Kakak" sementara peserta terpaksa
menjadi "hamba". Pengkastaan terjadi secara alamiah. Bagaimana tidak,
saat semua peserta dikumpulkan di suatu tempat, pembentakan seringkali
dilayangkan panitia ke peserta. Mimik muka panitia pun dipasang marah, biarpun
sejatinya adalah sandiwara. Persis seperti teater panggung. Panitia bagian
lapangan terutama yang membuat barikade
melingkari peserta dengan melipat kedua tangan di dada. Ditambah dengan
memasang muka beringas. Kecantikan dan kegantengan dalam tempo singkat berubah
menjadi sosok yang menakutkan. Ketengangan memuncak apalagi saat peserta
membuat kesalahan. Sikap panitia seperti
ini tidak bisa tidak membuat peserta naik darah. Kemarahan memuncak. Namun,
peserta mencari justifikasi agar terlihat tenang dihadapan panitia. Pikiran
mandeg, logika mati. Semua peserta memerankan orang sedang puasa yang harus
mampu menanggung amarah biarpun pahit dan mencederai hati dan kepala. Tidak
lain dan tidak, demi jahim sebagai legalitas anggota himpunan.
Mengamati proses osjur secara
singkat diatas, mengutip kata Paulo Freire, pendidikan Osjur diatas adalah
pendidikan gaya bank yang menindas. Peserta diposisikan sebagai objek sedangkan panitia sebagai subjek. Peserta diposisikan sebagai individu yang
tertindas sedangkan panitia sebagai kaum penindas. Kemerdekaan individu
dipasung demi kata manis "kaderisasi".
Perbaikan di Metode
Timbulnya kasta senior dan junior
sebagai output dari Osjur harus segera dihilangkan melalui pembenahan di metode
pelaksanaan osjur. Memposisikan peserta sebagai rekan belajar panitia adalah sebuah
keharusan. Pembentakan, memasang mimik beringas harus segera dihapus dan
diganti dengan pemberikan kuliah indoor ataupun outdoor. Kuliah didesain
semenarik mungkin dengan melibatkan secara langsung peserta dan pantia. Dengan
demikian, Osjur dibentuk sebagai wadah untuk belajar, bukan untu menciptakan
batasan antara senior dan junior.
0 komentar:
Post a Comment