#1
Kabar dari pihak
penyelenggara, diskusi LGBT tertutup di sebuah ruangan kosong dekat himpunan
matematika dibubarkan oleh satpam. Alasanya karena perizinan. Diskusi semula
akan diadakan di Amphitheater depan GKU Barat namun karena tidak diizinkan oleh
pihak Lembaga Kemahasiswaan (LK) akhirnya diganti dengan diskusi tertutup.
Realitanya diskusi tertutup pun dibubarkan juga.
Akhirnya,
teman-teman penyelenggara baik dari pihak Tiben maupun MG, mengalihkan ruang
diskusi di sekre Tiben. Saya tadi tidak mengikuti diskusi ini karena ada
kegiatan lain, namun setelah diskusi usai saya mengobrol dengan dua orang
aktivis SGRC (Support Group and Resource
Center on Sexuality Studies) UI yang menjadi narasumber diskusi selain dosen
Unpad. Katakan dua aktivis ini A dan B, A cowok dan B cewek. Saya lupa nama soalnya.
Tujuan ngobrol
saya adalah pengen tahu terkait SGRC UI. Begini kira-kira hasil obrolannya.
Pertama dengan A
: Si A bukan pelaku LGBT dia heteroseksual. Dia katakan bahwa SGRC UI bukan kelompok
yang anggotanya semua suspect LGBT. SGRC
ini semacam sebuah ruang untuk berdiskusi seputar pelecehan seksual, masalah
orientasi seksual, dan sejenisnya. Jadi LGBT adalah satu dari beberapa topik
diskusi di komunitas ini. Akar masalahnya saat itu ketika SGRC mencantumkan
nama UI di medianya dan menjadi viral di media lantas menjadi opini publik. SGRC
UI dihakimi orang banyak sebagai gerakan pro LGBT, padahal menurut pengakuan si
A, SGRC sekedar tempat kumpul.
Kedua dengan B :
Anggota SGRC UI pernah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan (diskriminasi)
dari beberapa orang dikampus. Bahkan ada dosen yang terang-terangan berbuat
diskriminasi kepada mereka baik lewat tulisan maupun lisan secara langsung. Namun,
kini pihak kampus memberikan keluluasaan kepada mereka untuk beraktivitasl
kembali setelah bertemu empat mata. SGRC
UI berdiri sejak 2014. Menurut pengakuannya, si B hetero juga.
Dari 8 orang dari
pihak SGRC UI yang datang ke ITB, 2 orang normal, 2 orang lainnya lagi (menurut
penuturan teman dari LS) adalah orang yg kontra dengan LGBT. Mereka berdua
adalah muslim yang taat. Sementara empat orang lainnya, saya tidak tahu
orientasi seksualnya.
Kesimpulan
Dari dua
narasumber tadi, saya sekarang faham bahwa SGRC UI bukan sebuah ‘gerakan’ pro
LGBT, namun sebuah ruang diskusi terkait seksualitas di UI di mana anggotanya
adalah para mahasiswa UI. Di dalamnya ada anggota yang pro maupun kontra LGBT.
0 komentar:
Post a Comment