Tidak Ada Solusi Khusus Bagi Masalah
Pemuda di Indonesia
Sebuah Refleksi di
hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2013
Data Badan Pusat Statistik (BPS) seperti yang diberitakan Kompas hari
ini (28/10/2013) menunjukkan kelompok usia produktif berusia 15-65 tahun
meningkat 17,1 persen dalam waktu 15 tahun ke depan. Sensus BPS tahun 2010 mencatat,
penduduk Indonesia kelompok 0 sampai 14 tahun sebesar 28,8 persen dari mereka
yang berumur 15 sampai 39 tahun sebesar 32,3 persen. Jadi lebih dari 60 persen
dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia berumur 40 tahun.
Teringat ungkapan Bung Karno
"... Beri aku 10 orang pemuda niscaya akan kugoncangkan dunia" yang
menunjukkan bahwa pemuda memiliki harapan yang luar biasa besar dari kemajuan
suatu bangsa. Peristiwa-peristiwa heroik di negeri ini juga banyak didalangi
oleh orang-orang muda seperti kepemimpinan Jenderal Besar TNI, Soedirman saat
melawan tentara sekutu di Ambarawa pada beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan.
Ketika itu, Soedirman berusia 29 Tahun. Hal heroik serupa juga dilakukan oleh
sekelompok pemuda pada penculikan Soekarno-Hatta menjelang proklamasi
kemerdekaan yang umum dikenal sebagai peristiwa rengasdengklok.
Seiring berjalannya waktu, kiprah
pemuda di negeri ini cenderung redup. Puncak pergerakan pemuda yang heroik ada
pada reformasi 1998 dimana Pemerintahan Soeharto yang korup dan menindas
berhasil digulingkan. Penggulingan rezim Orde Baru merupakan tujuan utama
pemuda yang mayoritas didominasi mahasiswa. Nasib bangsa tetap dibebankan pada
kaum tua. Komposisi orang tua tetap mendominasi keberlanjutan roda kepemimpinan
negeri ini. Hal tersebut menandakan bahwa pemuda belum punya kuasa untuk
memimpin bangsa yang besar ini. Pemuda belum punya visi bersama untuk merealisikan
visi bangsa yang tertuang dalam amanat UUD 1945.
Mahasiswa Sebagai Bagian dari Pemuda
Seorang peneliti politik,
Burhanuddin Muhtadi, seperti yang diungkap di kompas hari ini (28/10)
mengungkapkan bahwa generasi muda Indonesia saat ini punya pendidikan lebih
baik, cakrawala lebih luas, dan mimpi lebih tinggi. Mereka lebih produktif dan
lebih siap menanti tantangan masa depan. Mereka bisa menjadi generasi emas jika
perkembangannya tak banyak direcoki kaum tua. Ketika negara maju mengalami
masalah penuaan penduduk, Indonesia justru menuai bonus demografis dengan
meningkatnya jumlah penduduk usia muda.
![]() |
Statistik Kaum Muda Indonesia (Kompas 28/10/2013) |
Sebelum Anda mengamini ungkapan
Burhanuddin diatas, sejenak kita telusuri kondisi pemuda Indonesia hari ini.
Saya tidaklah menggambarkan pemuda secara umum, namun saya ambil bagian utama
bagi pemuda yakni mahasiswa. Mahasiswa saat ini terkotak-kotak dalam berbagai
tujuan dan keinginan. Mahasiswa tidaklah satu.
Kemahasiswaan antar kampus menjadi semacam negara. Ada birokrasi khusus
jika suatu kemahasiswaan ingin bertemu dan berkolaborasi dengan kemahasiswaan
lainnya.Biarpun muncul berbagai upaya menyatukan pergerakan mahasiswa seperti
halnya Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) namun realisasinya,
pergerakan mahasiswa semakin kehilangan roh. Hal itu disebabkan oleh berbagai
kemungkinan seperti mahasiswa mulai tergabung dalam politik praktis, miskin
gagasan, atau sejatinya pergerakan semacam saat ini (aksi turun ke jalan dan
audiensi dengan pejabat yang terlibat) sudah tidak lagi diminati mahasiswa
secara umum. Mahasiswa semakin individualis. Mahasiswa tidak lagi memikirkan
nasib bangsa. Mahasiswa tidak lagi ingin berdialog seputar permasalahan bangsa.
Mahasiswa semakin berfikir transaksional saat belajar di kampus. Mahasiswa
semakin matrealistik dimana pergerakan yang tidak mendapatkan keuntungan secara
pribadi wajib dijauhi. Mahasiswa sudah memasuki zona nyaman atau terhanyut
dalam derasnya arus globalisasi yang didalangi oleh Barat. Mahasiswa semakin
kehilangan identitas kebangsaannya. Nasionalisme berbangsa hanya dipandang
sekedar peringatan 17 Agustus 1945 atau ketika Timnas bola Indonesia sedang
berhadapan dengan negara lain di sebuah kompetisi resmi FIFA. Begitulah kiranya
gambaran kondisi mahasiswa saat ini yang saya dapatkan dari berbagai kepala.
Masih setujukan Anda dengan ungkapan Burhanuddin diatas ?
2045, Indonesia Menjadi Negara Maju ?
Indonesia 2045 nanti diprediksi
akan memiliki piramida penduduk yang sangat ideal. Dimana 70% penduduk
Indonesia berada pada usia produktif dengan usia berkisar 25-45 tahun. Inilah
yang dinamakan jendela demografi (demographic
window). Hendra Gunawan (Staff Pengajar Matematika ITB) menilai bahwa hal
tersebut bisa berdampak setidaknya tiga kemungkinan yaitu bonus demografi,
statis atau tidak ada perubahan, atau malah menjadi kutukan demografi. Jika
ingin sebagai bonus demografi, menurut Hendra, Indonesia harus segera menggarap
berbagai bidang [1]. Selain itu, pada 2045, Indonesia diproyeksi menjadi salah
satu dari 7 kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan perkapita USD 47.000. Saat
ini pendapatan perkapita Indonesia mencapai USD 4.000 [2]. Banyak pejabat
menanggapi bahwa dengan tumbuhnya ekonomi yang besar di tahun 2045, Indonesia
akan beralih status dari negara berkembang menuju negara maju. Jika kita
rangkum maka ada rumusan jitu ; Jika
bonus demografi di tahun 2045 maka ekonomi kita tumbuh lebih dari sepuluh kali
lipat dan Indonesia akan menjadi bagian dari negara maju.
Semudah itulah rumusan menjadi
negara maju ?Negara maju merupakan sebutan untuk negara yang
menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi
dan ekonomi yang
merata (id.wikipedia.org). Kita tidak lantas setuju dengan definisi tersebut,
namun setidaknya itu adalah cerminan bagi negara maju saat ini. Jika dikaitkan
dengan Indonesia hari ini, sudah adakah upaya untuk mengarah ke sana ? Saya
katakan tidak. Pemerintah hanyalah berfokus pada data statistik atas referensi International Monetary Fund (IMF) dan Bank
Dunia yang sarat akan kepentingan mereka sebagai pengatur kebijakan finansial
negara dunia ketiga. Pemerintah juga tidak fokus pada pemajuan pendidikan
seperti halnya kebebasan mimbar akademik di Perguruan Tinggi. Riset di lembaga
keilmuan dan Perguruan Tinggi sangat
rendah. Perguruan Tinggi hanyalah sekedar pencipta pekerja-pekerja baru di
dunia industri yang didominasi oleh perusahaan asing. Undang-Undang banyak
diobral untuk kepentingan suatu kelompok. Teknologi tinggi memang dirasakan di
negara ini namun hanya sekedar teknologi konsumtif seperti halnya smart phone. Kekayaan alam sekedar
menjadi pemuas nafsu negara besar, karena negara ini sekali lagi tidak bersiap
untuk mengolah sendiri. Pekerjaan bertani dikonotasikan negatif oleh
Pemerintah, padahal negara ini dikenal sebagai negara agraris. Swasembada bahan
pangan hanya sekedar jargon tanpa realisasi. Negara ini semakin gencar impor
bahan pangan termasuk didalamnya beras dan produk lainnya. Negara ini digempur
dari banyak sisi oleh negara lain. Suara negara ini mudah sekali disetir oleh
negara besar di majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akibat tidak beraninya
negara ini menjadi negara yang mandiri. Oleh karenanya, Indonesia mustahil
menjadi negara maju di tahun 2045.
Solusi Permasalahan Pemuda
Melihat permasalahan pemuda saat
ini khususnya mahasiswa yang sangat kompleks, mungkin tercetus berbagai solusi
pemecahnya. Orde baru menawarkan Pancasila sebagai solusi dari permasalahan
bangsa, namun gagal. Pancasila dikeramatkan dan cenderung melawan logika. Solusi-solusi
lain mungkin muncul dari berbagai tokoh dan pengamat. Namun pelaksanaannya
berada di tangan pemerintah. Pemerintah hanya bisa bisa trial and error. Sejauh ini bagi saya, pemerintah belum pernah
berhasil merumuskan solusi permasalahan pemuda. Bagi saya, tidak ada solusi
khusus bagi masalah pemuda di Indonesia hari ini. Hanya saja, pemuda Indonesia
hari ini harus menjadi individu yang merdeka. Individu yang heroik, yang selalu
ingin keluar dari zona nyaman. Individu yang unggul dan sanggup berkompetisi
secara global. Individu yang tidak mudah puas. Individu yang sanggup mengenali
dirinya masing-masing. Individu yang selalu ingin belajar. Individu yang
skeptis, yang tidak mudah percaya dengan informasi-informasi yang baru
diterima. Individu yang berani. Individu yang jujur. Individu yang paripurna
sebagai manusia seutuhnya.
Uruqul Nadhif
Dzakiy
Mahasiswa Matematika
ITB
[2] Lihat kutipan Masterplan Percepatan Pembangunan
Perekonomian Indonesia (MP3EI)
2 komentar:
Pemuda merupakan harapan bangsa. jangan jadikan diri kita menjadi warga negara yang kurang berguna.
aldydipe.ipb.ac.id
Setiap pemuda sadar akan potensinya merupakan suatu keharusan. Namun, menyeragamkan tujuan pemuda (dalam artian u/ majukan bangsa) bukan waktunya lagi. Momentum seperti sumpah pemuda dulu tdk terjadi di masa damai ini
Post a Comment