Saturday, January 30, 2016

Technopark dan MEA*

 Oleh : Uruqul Nadhif Dzakiy, Mahasiswa Magister Studi Pembangunan ITB


Sejak resmi direalisasikan pada 1 Januari 2016 lalu, timbul pertanyaan apakah Indonesia mampu bersaing dengan sembilan negara Asia Tenggara lain dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ?. Terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa Indonesia akan kalah dalam kompetisi perdagangan lintas negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini. Karena program telah bergulir, maka yang perlu difikirkan saat ini adalah bagaimana strategi Indonesia agar mampu bekompetisi secara sehat dan kemudian menang. Satu prasyarat penting dari hal ini adalah keunggulan sumber daya manusia. Di masa Pemerintahan Jokowi-JK   persoalan tersebut coba dituntaskan  dengan program 100 Technopark yang resmi digulirkan pada tahun lalu.

Hadirnya technopark diharapkan Pemerintah memiliki tiga fungsi sekaligus ; lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga riset, dan pengembangan bisnis. Lembaga ini berbeda dengan Balai Kerja yang sudah ada sebelumnya. Jika dilihat dari fungsinya sepintas, maka bisa dikatakan technopark lebih lengkap.  Artinya jika diterapkan, maka masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia khususnya yang bergerak di dunia usaha dapat diatasi dengan konkret melalui technopark. Karena dalam technopark, jejaring antarusaha adalah sebagai roh (inti) dari lembaga ini sehingga para pelaku usaha tidak sekedar diberi pelatihan kemudian dilepas begitu saja. Seperti yang dijelaskan oleh Syamwil (2010) bahwa technopark merupakan sistem-sistem yang berbeda dari kolaborasi antarorganisasi yang kreatif, eksis dalam suatu wilayah, beberapa dari mereka terlembaga, beberapa lagi saling terhubung, dan mampu menciptakan innovative millieu.

Konsep technopark berkembang di banyak negara di dunia. Bahkan terdapat asosiasi technopark dunia yang saling berjejaring. Pada masa walikota Ridwan Kamil mengemuka konsep Technopark di Bandung. Dapat dikatakan ide technopark Bandung lebih dulu dibandingkan ide technopark Pemerintahan Jokowi-JK. Technopark Bandung rencananya akan dibuat di Gedebage dengan melibatkan developer sebagai pemegang proyek. Pertanyaan yang muncul selanjutnya apakah technopark Bandung sejalan (in line) dengan program technopark Pemerintah pusat ?. Pertanyaan selanjutnya, apakah technopark Bandung menyiapkan para pelaku usaha di kota Bandung dan sekitarnya untuk berkompetisi di MEA ?.

Keunikan Wilayah Sebagai Keunggulan

Konsep technopark yang diadopsi berbagai negara bermacam-macam. Silicon Valley di Amerika didirikan atas kerjasama erat antara pemerintah dengan California Institute of Technology (Caltech). Keunikan dari technopark ini adalah IT dimana didalamnya diapati banyak sekali perusahaan startup atau yang sudah established seperti Google dan Facebook. Ada juga di Jepang dengan Tsukuba Science Park dengan melibatkan Tsukuba University sebagai  inisiator berdirinya technopark tersebut. Keunikan technopark ini adalah didalamnya dikembangkan aneka riset ilmu-ilmu dasar dan juga berdiri aneka inovasi yang selanjutnya dipakai oleh perusahaan. Kedua technopark tersebut biarpun memiliki ciri khas tertentu namun memiliki semangat sama yakni kembangkan inovasi di bidang teknologi sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat di negara tersebut. Adapun aktor-aktor yang terlibat dalam pendirian technopark ini dicirikan dengan kerjasama lembaga penelitan (universitas), lembaga representatif masyarakat (pemerintah), dan pihak yang mengkomerialkan produk (bisnis/industri).

Keunikan dari kedua technopark di atas dapat menjadi rujukan bagi para pelaku program technopark bahwa lembaga ini akan difokuskan ke mana. Sebagai contoh Bandung, apakah technopark Bandung mampu menjadi kendaraan para pelaku usaha di kota Bandung untuk dapat meningkatkan kapasitasnya ? Atau dengan hadirnya technopark  justru tidak memiliki korelasi sedikitkan dengan dunia usaha yang sudah ada. Unit usaha yang terancam gulung-tikar dibiarkan saja mati dan hilang tak berbekas, atau justru diangkat dan kemudian berkembang ?.

Bandung terkenal dengan aneka komunitas (paguyuban) yang dimilikinya, termasuk di dalamnya komunitas yang anggotanya adalah para perusahaan di bidang teknologi baik yang sudah lama established maupun startup. Banyak nya komunitas ini perlu diidentifikasi fokus dari masing-masingnya oleh manajemen technopark (dalam hal ini Pemkot Bandung). Jika ada yang bergerak di bidang teknologi, di bidang apa ; apakah industri kreatif, IT, atau yang mana. Sifat dari technopark yang akan dibuat adalah sebagai integrator komunitas-komunitas/ industri-industri kreatif yang ada di Bandung. Maka dengan dibentuknya technopark, para perusahaan teknologi ini dapat berkolaborasi dan berbagi. Technopark yang dibangun nantinya sebagai tempat untuk bertanya dan saling berbagi pengalaman. Disana mereka dapat memperkuat jejaring, menambah pengalaman dengan aneka pelatihan yang didapat, atau sebagai wahana untuk mendapatkan pasar (market) untuk produk-produk mereka.

Manfaat kedua yang dapat dimaksimalkan dari pendirian technopark nantinya adalah sebagai lokasi bertempatnya Riset dan Inovasi (Research and development) dari berbagai industri termasuk di dalamnya industri asing. Ini merupakan upaya untuk mewujudkan transfer teknologi melihat saat ini Indonesia hanya sekedar dijadikan pasar bagi industri-industri asing. Melalui transfer teknologi inilah akan tercipta suatu lingkungan inovatif yang dapat mensitimulus industri dalam negeri untuk bergerak lebih jauh. Cara seperti ini pernah dilakukan oleh Malaysia di kota Penang dan berhasil.

Pendukung MEA

Salah satu masalah terberat dalam MEA adalah Usaha Kecil Menengah (UKM). Ini terlihat dari laporan The Global Competitiveness Report 2015-2016 yang menunjukkan bahwa dari 140 negara yang disurvei, posisi Indonesia dalam hal pendidikan tinggi dan pelatihan tenaga kerja ada di peringkat ke-65, sementara Thailand ke-56 dan Malaysia ke-36. Laporan tersebut menunjukkan bahwa secara umum pelaku UKM kita adalah orang-orang dengan keterampilan rendah (unskilled-workers).

Fakta tersebut harus segera disadari Pemerintah dengan menjalankan program strategis seperti technopark. Bagaimana technopark segera berfungsi dan menjembatani para pelaku usaha khususnya UKM. Kolaborasi antar pelaku UKM ditambah sebagai tempat adopsi teknologi dari perusahaan asing yang sudah established, technopark nantinya akan menjadi kekuatan para pelaku usaha untuk bersaing. Melalui langkah ini diharapkan technopark mampu mengatasi persoalan rendahnya kapasitas para pelaku UKM. Pada akhirnya diharapkan Indonesia tak hanya sekedar pasar bagi negara lainnya, melainkan sebagai pemain yang disegani negara-negara lain khususnya negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

*pernah dikirim ke harian Pikiran Rakyat tetapi tidak dimuat

0 komentar: