Oleh :
Uruqul Nadhif Dzakiy, Mahasiswa Magister Studi Pembangunan ITB
Sejak resmi direalisasikan
pada 1 Januari 2016 lalu, timbul pertanyaan apakah Indonesia mampu bersaing
dengan sembilan negara Asia Tenggara lain dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
?. Terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa Indonesia akan kalah dalam kompetisi
perdagangan lintas negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini. Karena program
telah bergulir, maka yang perlu difikirkan saat ini adalah bagaimana strategi Indonesia
agar mampu bekompetisi secara sehat dan kemudian menang. Satu prasyarat penting
dari hal ini adalah keunggulan sumber daya manusia. Di masa Pemerintahan Jokowi-JK
persoalan tersebut coba dituntaskan dengan program 100 Technopark yang resmi digulirkan
pada tahun lalu.
Hadirnya
technopark diharapkan Pemerintah memiliki tiga fungsi sekaligus ; lembaga
pendidikan dan pelatihan, lembaga riset, dan pengembangan bisnis. Lembaga ini
berbeda dengan Balai Kerja yang sudah ada sebelumnya. Jika dilihat dari
fungsinya sepintas, maka bisa dikatakan technopark lebih lengkap. Artinya jika diterapkan, maka masalah
rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia khususnya yang bergerak di
dunia usaha dapat diatasi dengan konkret melalui technopark. Karena dalam
technopark, jejaring antarusaha adalah sebagai roh (inti) dari lembaga ini
sehingga para pelaku usaha tidak sekedar diberi pelatihan kemudian dilepas
begitu saja. Seperti yang dijelaskan oleh Syamwil (2010) bahwa technopark
merupakan sistem-sistem yang berbeda dari kolaborasi antarorganisasi yang
kreatif, eksis dalam suatu wilayah, beberapa dari mereka terlembaga, beberapa
lagi saling terhubung, dan mampu menciptakan innovative millieu.
Konsep technopark berkembang di
banyak negara di dunia. Bahkan terdapat asosiasi technopark dunia yang saling
berjejaring. Pada masa walikota Ridwan
Kamil mengemuka konsep Technopark di Bandung. Dapat dikatakan ide technopark
Bandung lebih dulu dibandingkan ide technopark Pemerintahan Jokowi-JK.
Technopark Bandung
rencananya akan dibuat di Gedebage dengan melibatkan developer sebagai pemegang
proyek. Pertanyaan yang muncul selanjutnya apakah technopark
Bandung sejalan (in line) dengan
program technopark Pemerintah pusat ?. Pertanyaan selanjutnya, apakah
technopark Bandung menyiapkan para pelaku usaha di kota Bandung dan sekitarnya
untuk berkompetisi di MEA ?.
Keunikan Wilayah
Sebagai Keunggulan
Konsep technopark yang diadopsi
berbagai negara bermacam-macam. Silicon Valley di Amerika didirikan atas
kerjasama erat antara pemerintah dengan California Institute of Technology (Caltech).
Keunikan dari technopark ini adalah IT dimana
didalamnya diapati banyak sekali perusahaan startup
atau yang sudah established seperti
Google dan Facebook. Ada juga di Jepang dengan Tsukuba
Science Park dengan melibatkan Tsukuba University sebagai inisiator berdirinya technopark tersebut. Keunikan technopark ini adalah
didalamnya dikembangkan aneka
riset ilmu-ilmu dasar dan juga berdiri aneka inovasi yang selanjutnya dipakai
oleh perusahaan. Kedua technopark
tersebut biarpun memiliki ciri khas tertentu namun
memiliki semangat sama yakni kembangkan inovasi di bidang teknologi sesuai
dengan apa yang dibutuhkan masyarakat di negara tersebut. Adapun aktor-aktor
yang terlibat dalam pendirian technopark ini
dicirikan
dengan kerjasama lembaga penelitan (universitas), lembaga representatif
masyarakat (pemerintah), dan pihak yang mengkomerialkan produk
(bisnis/industri).
Keunikan dari
kedua technopark di atas dapat menjadi rujukan bagi para pelaku program
technopark bahwa lembaga ini akan difokuskan ke mana. Sebagai contoh Bandung,
apakah technopark Bandung mampu menjadi kendaraan para pelaku usaha di kota
Bandung untuk dapat meningkatkan kapasitasnya ? Atau dengan hadirnya
technopark justru tidak memiliki
korelasi sedikitkan dengan dunia usaha yang sudah ada. Unit usaha yang terancam
gulung-tikar dibiarkan saja mati dan hilang tak berbekas, atau justru diangkat
dan kemudian berkembang ?.
Bandung terkenal dengan aneka
komunitas (paguyuban) yang dimilikinya, termasuk di dalamnya komunitas yang
anggotanya adalah para perusahaan di bidang teknologi baik yang sudah lama established maupun startup. Banyak nya komunitas ini perlu diidentifikasi fokus dari
masing-masingnya oleh manajemen
technopark (dalam hal ini Pemkot Bandung). Jika ada yang
bergerak di bidang teknologi, di bidang apa ; apakah industri kreatif, IT, atau
yang mana. Sifat dari technopark
yang akan dibuat adalah sebagai integrator komunitas-komunitas/
industri-industri kreatif yang ada di Bandung. Maka dengan dibentuknya
technopark, para perusahaan teknologi ini dapat berkolaborasi dan berbagi.
Technopark yang dibangun nantinya sebagai tempat untuk bertanya dan saling
berbagi pengalaman. Disana mereka dapat memperkuat jejaring, menambah
pengalaman dengan aneka pelatihan yang didapat, atau sebagai wahana untuk
mendapatkan pasar (market) untuk produk-produk
mereka.
Manfaat kedua yang dapat
dimaksimalkan dari pendirian technopark nantinya adalah sebagai lokasi
bertempatnya Riset dan Inovasi (Research
and development) dari berbagai industri termasuk di dalamnya industri
asing. Ini merupakan upaya untuk mewujudkan transfer teknologi melihat saat ini Indonesia
hanya sekedar dijadikan pasar bagi industri-industri asing. Melalui transfer
teknologi inilah akan tercipta suatu lingkungan inovatif yang dapat
mensitimulus industri dalam negeri untuk bergerak lebih jauh. Cara seperti ini
pernah dilakukan oleh Malaysia di kota Penang dan berhasil.
Pendukung MEA
Salah satu
masalah terberat dalam MEA adalah Usaha Kecil Menengah (UKM). Ini terlihat dari
laporan The Global Competitiveness Report 2015-2016 yang menunjukkan bahwa dari
140 negara yang disurvei, posisi Indonesia dalam hal pendidikan tinggi dan
pelatihan tenaga kerja ada di peringkat ke-65, sementara Thailand ke-56 dan
Malaysia ke-36. Laporan tersebut menunjukkan bahwa secara umum pelaku UKM kita
adalah orang-orang dengan keterampilan rendah (unskilled-workers).
Fakta tersebut
harus segera disadari Pemerintah dengan menjalankan program strategis seperti
technopark. Bagaimana technopark segera berfungsi dan menjembatani para pelaku
usaha khususnya UKM. Kolaborasi antar pelaku UKM ditambah sebagai tempat adopsi
teknologi dari perusahaan asing yang sudah established,
technopark nantinya akan menjadi kekuatan para pelaku usaha untuk bersaing.
Melalui langkah ini diharapkan technopark mampu mengatasi persoalan rendahnya
kapasitas para pelaku UKM. Pada akhirnya diharapkan Indonesia tak hanya sekedar
pasar bagi negara lainnya, melainkan sebagai pemain yang disegani negara-negara
lain khususnya negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
*pernah dikirim ke harian Pikiran Rakyat tetapi tidak dimuat
0 komentar:
Post a Comment