Berpasangan adalah fitrah manusia. Menikah tak hanya untuk
berinteraksi fisik dengan lawan jenis tapi lebih dari itu. Menikah menciptakan
sebuah kisah cinta manunggal suami-isteri dimana keduanya saling berpaut dan saling
melengkapi. Membentuk keluarga bahagia dalam keadaan apapun adalah tujuan semua
rumah tangga manusia.
Saya membayangkan dua, tiga, atau beberapa tahun
kedepan ketika saya memiliki istri. Saya membayangkan saat usia nikah saya 1-5
tahun, saya pastinya merasakan betapa beratnya mencari nafkah. Stress dan
frustasi serta turunnya semangat pastinya akan saya alami nanti. Hadirnya istri
saya nanti akan menjadikan saya harus maju dan terus maju. Melihat sunyuman
wajah manis istri dibarengi dengan sentuhan keibuan istri membuat saya terus
termotivasi. Ketika saya harus membanting tulang, dalam benak fikiran tergambar
wajah istri dengan senyuman manisnya. Cinta saya dan istri manunggal, abadi
sampai mati.
Ketika saya dalam keadaan terpojok oleh karena banyak orang
yang memusuhi saya, istri dengan tenangnya meyakinkan saya bahwa jalan saya
sudah benar. Saya harus maju terus. Istri meyakinkan bahwa tiada yang harus
ditakuti kecuali Tuhan Sang pencipta. Istri dan saya membiasakan diri untuk
selalu menghadap-Nya setiap malam, puasa sunnah juga kita jalani bersama. Cinta
kami manunggal atas petunjuk Tuhan.
Ketika saya berada pada puncak kekuasaan, istri mengimbangi
kemampuan saya dengan terus menerus belajar. Ia sadar bahwa sebagai seorang
istri harus membantu permasalahan suami. Solusinya ia harus faham masalah saya.
Ketika saya berkecimpung di dunia wirausaha, ia faham ketika saya jatuh, saya
harus berbuat apa. Ketika saya berkecimpung di dunia politik, istri faham
bagaimana saya harus berpolitik santun dan cerdas. Ketika saya berada di dunia
akademisi dan profesional, istri faham juga. Istri saya adalah pribadi
pembelajar seumur hidupnya. Ia gigih dan terus berjuang pantang menyerah. Jiwa
kita manunggal karena saling melengkapi.
Sikap istri menunjukkan kesederhanaan sama halnya dengan
saya. Dalam keadaan miskin maupun kaya, kita bersikap sederhana dan gemar akan
membahagiakan orang. Istri bukanlah pribadi yang sombong dan congkak. Terlihat
dari senyumannya yang lepas simbol keikhlasan. Ia dicintai tak hanya oleh saya
tetapi juga masyarakatnya.
Istri melepas dengan ikhlas ketika saya harus pergi untuk
mencari nafkah. Saya lepas dengan ciuman di kening istri. Istri membalas dengan
ciuman serupa. Sangat mesra. Ketika saya harus lembur, istri selalu menanyakan
keadaan kesehatan saya. Rasa kangen istri terhadap saya terobati ketika saya
datang kembali ke rumah. Istri membukaan pintu, kita saling berpelukan. Sangat
mesra. Cinta kami manunggal.
Sunken Court ITB
0 komentar:
Post a Comment