Monday, August 06, 2012

Teruntuk Istriku Nanti

Berpasangan adalah fitrah manusia. Menikah tak hanya untuk berinteraksi fisik dengan lawan jenis tapi lebih dari itu. Menikah menciptakan sebuah kisah cinta manunggal suami-isteri dimana keduanya saling berpaut dan saling melengkapi. Membentuk keluarga bahagia dalam keadaan apapun adalah tujuan semua rumah tangga manusia.

Saya membayangkan dua, tiga, atau beberapa tahun kedepan ketika saya memiliki istri. Saya membayangkan saat usia nikah saya 1-5 tahun, saya pastinya merasakan betapa beratnya mencari nafkah. Stress dan frustasi serta turunnya semangat pastinya akan saya alami nanti. Hadirnya istri saya nanti akan menjadikan saya harus maju dan terus maju. Melihat sunyuman wajah manis istri dibarengi dengan sentuhan keibuan istri membuat saya terus termotivasi. Ketika saya harus membanting tulang, dalam benak fikiran tergambar wajah istri dengan senyuman manisnya. Cinta saya dan istri manunggal, abadi sampai mati.

Ketika saya dalam keadaan terpojok oleh karena banyak orang yang memusuhi saya, istri dengan tenangnya meyakinkan saya bahwa jalan saya sudah benar. Saya harus maju terus. Istri meyakinkan bahwa tiada yang harus ditakuti kecuali Tuhan Sang pencipta. Istri dan saya membiasakan diri untuk selalu menghadap-Nya setiap malam, puasa sunnah juga kita jalani bersama. Cinta kami manunggal atas petunjuk Tuhan.

Ketika saya berada pada puncak kekuasaan, istri mengimbangi kemampuan saya dengan terus menerus belajar. Ia sadar bahwa sebagai seorang istri harus membantu permasalahan suami. Solusinya ia harus faham masalah saya. Ketika saya berkecimpung di dunia wirausaha, ia faham ketika saya jatuh, saya harus berbuat apa. Ketika saya berkecimpung di dunia politik, istri faham bagaimana saya harus berpolitik santun dan cerdas. Ketika saya berada di dunia akademisi dan profesional, istri faham juga. Istri saya adalah pribadi pembelajar seumur hidupnya. Ia gigih dan terus berjuang pantang menyerah. Jiwa kita manunggal karena saling melengkapi.

Sikap istri menunjukkan kesederhanaan sama halnya dengan saya. Dalam keadaan miskin maupun kaya, kita bersikap sederhana dan gemar akan membahagiakan orang. Istri bukanlah pribadi yang sombong dan congkak. Terlihat dari senyumannya yang lepas simbol keikhlasan. Ia dicintai tak hanya oleh saya tetapi juga masyarakatnya.

Istri melepas dengan ikhlas ketika saya harus pergi untuk mencari nafkah. Saya lepas dengan ciuman di kening istri. Istri membalas dengan ciuman serupa. Sangat mesra. Ketika saya harus lembur, istri selalu menanyakan keadaan kesehatan saya. Rasa kangen istri terhadap saya terobati ketika saya datang kembali ke rumah. Istri membukaan pintu, kita saling berpelukan. Sangat mesra. Cinta kami manunggal.

Sunken Court  ITB

0 komentar: