Hari ini tepat saya
berusia 25 tahun. Saya akan mereview pengalaman saya dalam setahun untuk bisa
saya jadikan pelajaran untuk setahun mendatang.
Pada Desember tahun lalu saya
diterima di jurusan Magister Studi Pembangunan setelah pada Oktober 2014
diwisuda sebagai sarjana Matematika. Pada liburan natal, saya turut serta
dengan sahabat-sahabat AKS mendaki Gunung Sumbing dan Sindoro. Pasca turun
gunung saya sempat bertamu di rumah Fauzan (EL 09) baru kemudian menghabiskan
tahun baru di kota Yogyakarta dengan teman-teman SMA saya. Saat di Jogja saya
ditelpon Mba Fitri, TU jurusan saya, bahwa tanggal 6 Januari 2015 saya sudah
masuk kelas. Saya kaget lantas menyegerakan pulang ke Lamongan untuk menemui
orang tua sekaligus berlibur. Waktu di rumah sekitar tiga malam saja.
Setibanya di Bandung, di
minggu-minggu awal kuliah saya merasa tidak cocok dengan jurusan saat ini. Saya
minta masukan teman dan saya mantab untuk terus melanjutkan kuliah di jurusan
ini. Kuliah demi kuliah saya hadapi diselingi dengan kesibukan mengajar di dua
bimbel, dan dua orang siswa privat. Jurusan saya sekarang hampir tidak ada
liburan. Setelah tugas-tugas selesai, kuliah baru sudah di depan mata. Sementara
yang lain liburan panjang tiga bulan, saya tidak. Kuliah baru saya harus
hadapi.
Masalah Besar
Liburan Ramadhan tahun 2015
seperti bukan liburan. Tugas dari Kuliah Pesisir menumpuk, belum ditambah
dengan tesis yang sudah mulai. Waktu liburan dua minggu seolah berjalan sangat
cepat, dan lembaran kuliah pasca lebaran dibuka. Kuliah Pesisir menyambut.
Pasca lebaran identik dengan
halal-bi-halal, namun saya justru menciptakan konflik. Berawal dari surat
terbuka saya terhadap salah satu dosen mata kuliah di jurusan. Saya mengkritik
beliau dengan tanpa tedeng aling-aling. Bayangan saya, saya akan dikeluarkan
dari kampus atas tindakan ini namun ternyata tidak. Setelah saya menghadap
dosen terkait, beliau legowo memaafkan saya dan bersedia membimbing kembali
tesis saya. Ini pelajaran berharga saya yang tidak akan saya lupakan.
Kejadian tersebut memicu reaksi
beragam dari banyak dosen, teman-teman sesama mahasiswa, alumni, bahkan
petinggi kampus. Saya mencoba bersifat dingin. Saya akui sikap saya mengkritik
di depan publik dunia maya (facebook) keliru biarpun inti kontennya baik. Saya
berharap orang-orang tidak meniru saya.
Layaknya Lelaki Lain
Pasca masalah besar tersebut,
saya terbayang pada seorang. Orang ini adalah salah seorang aktivis kampus yang
saya kenal dekat saat tingkat 2. Dia perempuan. Saya teringat pada momen ketika
saya dibantai ama dia saat saya tidak amanah menjadi koordinator organisasi.
Saat itu dia staff saya. Momen selanjutnya saat Ia memberikan hadiah cokelat di
saat hari wisuda saya. Saya segan untuk mendekat, Ia terlalu sempurna di
hadapan saya.
Saya juga teringat dengan salah
seorang perempuan dari kampus daerah atas. Saya kemudian mencoba dekat, namun
setelah dua minggu berinteraksi terdapat ketidakcocokan yang membuat saya harus
mengakhiri hubungan.
Golden Age : Syukur dengan Karya
Di usia saya ke-25 hari ini, saya
merasa diri ini masih mencari identitas. Ada dua hal yang terbayang dari memori
saya untuk saya fokuskan menjadi tanda keahlian saya nanti. Hal itu membuat
bingung yang terkadang menjadikan saya linglung tanpa arah. Jatuh-bangun, jatuh
bangun. Itulah gambaran akibat kebingungan saya. Seringkali saya melakukan
hal-hal kontraproduktif biarpun saya sadar itu hal yang sia-sia. Di sini saya
seringkali menggadaikan karakter saya.
Saya bertekad di usia 25, masa
dimana Nabi menikahi Khadijah, untuk dapat bersyukur menjadi diri saya.
Terlepas banyak sekali masalah yang hinggap di memori saya. Saya bertekad untuk
melakukan hal-hal positif setiap hari ; membaca, menulis, meriset, mengajar, berorganisasi,
beridiskusi, traveling, dan memperkuat rohani. Saya
ingin melakukan sesuatu bukan untuk menjadi populis, namun ingin menjadi
hamba-Nya yang betul. Saya kira Tuhan mencintai hamba-Nya yang berbuat untuk
sesama.
Maka, targetan di usia 25 tahun
saya adalah : K A R Y A , K A R Y A , K A R Y A.
2 komentar:
Aduh Mas Uruqul, seharusnya ceweknya dikejar saja, buat 2016 ini jangan hanya karya tapi kejar. KEJAR, KEJAR, KEJAR! Sukses terus mas!
Kalo kejar cewek jauh lebih sulit Ndri. Heu
Post a Comment